Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Suttapiṭaka Jātaka I<br />
dalam parit tersebut. Kemudian mereka melakukan upacara<br />
penobatan untuk mengangkat Bodhisatta menjadi raja dan<br />
memerintah mereka.<br />
Setelah menjadi raja yang memerintah dengan penuh<br />
keadilan, suau hari [327] timbul niat Bodhisatta untuk menguji<br />
ular, tikus, dan burung kakak tua itu lagi; dengan diikuti satu<br />
rombongan besar, ia tiba di tempat tinggal ular. Saat ia<br />
memanggil ‘Ular’, ular tersebut segera keluar dari lubang dan<br />
dengan penuh hormat berkata, “Di sini, Tuanku, terdapat hartaku;<br />
bawalah.” Lalu raja menyerahkan kekayaan sebesar empat ratus<br />
juta itu kepada para pelayannya, dan melanjutkan perjalanan ke<br />
tempat tinggal tikus, memanggil ‘Tikus’. Tikus tersebut segera<br />
keluar, memberi penghormatan kepada raja, dan memberikan<br />
tiga ratus juta uangnya. Setelah menyerahkan harta tersebut ke<br />
tangan pelayannya, raja melanjutkan perjalanan ke tempat<br />
tinggal burung kakak tua itu, dan memanggil ‘Burung Kakak Tua’.<br />
Dengan cara yang sama burung tersebut datang, membungkuk<br />
memberi hormat di kaki raja dan menanyakan apakah sudah<br />
saatnya untuk mengumpulkan beras untuk raja. “Kami tidak akan<br />
merepotkanmu,” kata raja tersebut, “hingga beras dibutuhkan<br />
oleh kami. Sekarang kami akan pergi.” Maka dengan membawa<br />
kekayaan sebesar tujuh ratus juta, dan bersama dengan ular,<br />
tikus, serta burung kakak tua itu, raja menempuh perjalanan<br />
pulang ke kota. Di sini, di istana yang megah, di loteng kerajaan<br />
tempat ia mengumpulkan seluruh hartanya, ia menyuruh agar<br />
harta tersebut disimpan dan dijaga. Ia menyuruh agar membuat<br />
sebuah pipa emas sebagai tempat tinggal bagi ular, sebuah peti<br />
kristal sebagai rumah bagi tikus, dan sebuah sangkar emas<br />
Suttapiṭaka Jātaka I<br />
untuk burung kakak tua. Setiap hari, atas perintah raja, makanan<br />
disajikan kepada ketiga makhluk tersebut dalam wadah emas, —<br />
jagung panggang yang manis untuk burung kakak tua dan ular,<br />
dan beras wangi untuk tikus. Raja sangat berlimpah dalam amal<br />
dan perbuatan baiknya. Demikianlah dalam kerukunan dan<br />
kebaikan terhadap satu sama lainnya, keempat makhluk itu<br />
menghabiskan hidup mereka. Saat akhir hidup mereka tiba,<br />
mereka meninggal dunia dan terlahir kembali di alam yang<br />
sesuai dengan perbuatan mereka.<br />
____________________<br />
Sang Guru berkata, “Ini bukan pertama kalinya, para<br />
Bhikkhu, Dewadatta berusaha membunuh saya; ia juga<br />
melakukan hal yang sama pada kelahiran yang lampau.” Setelah<br />
uraian tersebut berakhir, beliau mempertautkan dan menjelaskan<br />
kelahiran tersebut, “Dewadatta adalah Raja Jahat pada waktu itu,<br />
Sariputta adalah ular, Moggallana (Moggallāna) adalah tikus,<br />
Ananda adalah burung kakak tua, dan saya sendiri adalah raja<br />
yang adil, yang mendapatkan sebuah kerajaan.”<br />
No.74.<br />
RUKKHADHAMMA-JĀTAKA<br />
“Bersatu, seperti pohon-pohon di hutan,” dan seterusnya.<br />
Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetawana,<br />
mengenai pertikaian karena masalah air yang membawa<br />
413<br />
414