22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

Mengetahui ia telah ketahuan, penjahat itu melompat<br />

bangun dan melemparkan pemukulnya kepada Bodhisatta,<br />

namun luput. “Pergilah, engkau makhluk yang kasar,” katanya,<br />

“saya melepaskanmu kali ini.” Berputar kembali, Bodhisatta<br />

berkata, “Benar, lemparanmu luput, namun yakinlah bahwa<br />

engkau tidak akan luput dari siksaan delapan neraka besar<br />

(mahāniraya) dan enam belas neraka kecil (ussadaniraya).”<br />

Dengan tangan kosong, sang penjahat meninggalkan<br />

pemakaman itu dan setelah mandi di sebuah parit, ia kembali ke<br />

kota dengan cara yang sama seperti cara ia masuk.<br />

___________________<br />

Setelah uraian tersebut berakhir, Sang Guru<br />

menjelaskan kelahiran tersebut dengan berkata, “Devadatta<br />

adalah penjahat di masa itu, dan Saya adalah raja serigala.”<br />

No.143.<br />

VIROCANA-JĀTAKA<br />

“Mayatmu yang rusak,” dan seterusnya. Kisah ini<br />

diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Weluwana,<br />

mengenai usaha Devadatta agar diakui sebagai seorang Buddha<br />

di Gayāsīsa. Ketika (keadaan) jhananya menghilang dan ia<br />

kehilangan kehormatan dan perolehan yang dulunya merupakan<br />

miliknya, dalam kebingungannya, ia meminta Sang Guru untuk<br />

menerapkan lima objek kepadanya. Permintaannya ditolak dan ia<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

membuat perpecahan dalam Sanggha dan pergi ke Gayāsīsa<br />

bersama lima ratus orang brahmana muda, murid dari kedua<br />

siswa utama Sang Buddha, yang masih belum memahami<br />

Dhamma dan Vinaya. Dengan pengikut seperti itulah ia<br />

melakukan tindakan memecah belah Sanggha yang terkumpul<br />

dalam daerah yang sama. Mengetahui dengan baik kapan<br />

pengetahuan para brahmana muda ini matang, Sang Guru<br />

mengirim kedua thera tersebut kepada mereka. Melihat hal ini,<br />

[491] Devadatta dengan gembira menguraikan hingga jauh<br />

malam dengan (seperti ia memuji dirinya sendiri) kekuatan yang<br />

mengagumkan dari seorang Buddha. Kemudian dengan gaya<br />

seorang Buddha ia berkata, “Kumpulan bhikkhu ini, Awuso<br />

Sāriputta, masih tetap siaga dan terjaga. Maukah engkau<br />

bermurah hati memikirkan beberapa khotbah Dhamma untuk<br />

disampaikan kepada mereka? Punggung saya sakit karena kerja<br />

keras dan saya harus mengistirahatkannya sejenak.” Setelah<br />

mengucapkan kata-kata tersebut, ia pergi untuk berbaring.<br />

Kemudian kedua siswa utama itu mengajari para bhikkhu,<br />

memberi penerangan pada mereka tentang magga dan phala,<br />

sehingga pada akhirnya mereka berdua mampu membuat semua<br />

bhikkhu itu kembali bersama mereka ke Weluwana.<br />

Melihat tidak ada satu pun bhikkhu di wihara, Kokālika<br />

mencari Devadatta dan memberitahunya bagaimana kedua<br />

siswa utama itu telah membubarkan para pengikutnya, dan telah<br />

meninggalkan wihara dalam keadaan kosong; “Dan engkau<br />

masih terbaring tidur di sini,” katanya. Setelah mengucapkan<br />

kata-kata tersebut ia melepaskan jubah luar Devadatta dan<br />

menendang dadanya dengan sedikit penyesalan seakan ia telah<br />

697<br />

698

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!