22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

Bodhisatta kepada dirinya sendiri, “hal yang harus dilakukan<br />

adalah memandikan dia di tempat lain.” Maka ia berkata kepada<br />

tukang kuda itu, “Orang akan merasa bosan, Temanku, bahkan<br />

tentang pemilihan tempat, jika ia selalu mendapatkan hal yang<br />

sama. Ini juga terjadi pada kuda ini. Ia telah dimandikan di sini<br />

sebegitu banyak kalinya sehingga tak terhitung lagi. Bawalah ia<br />

ke tempat pemandian yang lain [185], mandikan dan beri ia<br />

minum di sana.” Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, ia<br />

mengucapkan syair berikut ini :<br />

Gantilah tempatnya olehmu, dan biarkan kuda itu minum.<br />

Kadang di sini, kadang di sana, dengan selalu mengganti<br />

tempatnya.<br />

Bahkan nasi-susu dapat memuakkan bagi manusia pada<br />

akhirnya.<br />

Setelah mendengar perkataannya, mereka membawa<br />

kuda itu ke tempat yang lain, di sana ia minum dan mandi tanpa<br />

kesulitan. Saat tukang kuda memandikan kuda kerajaan tersebut<br />

setelah memberinya minum, Bodhisatta kembali untuk<br />

menghadap raja. “Baiklah,” kata Raja, “sudahkah kudaku minum<br />

dan mandi, Teman?” “Sudah, Paduka.” “Mengapa ia menolak<br />

untuk melakukan hal itu sebelumnya?” “Karena alasan berikut<br />

ini,” kata Bodhisatta, dan menceritakan keseluruhan kisah itu<br />

kepada Raja. “Orang ini benar-benar pintar,” kata raja, “ia bahkan<br />

bisa membaca pikiran seekor hewan.” Raja kemudian<br />

memberikan penghargaan kepada Bodhisatta. Setelah<br />

meninggal, ia terlahir di alam bahagia sesuai dengan hasil<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

perbuatannya. Demikian juga dengan Bodhisatta, setelah<br />

meninggal ia terlahir kembali di alam bahagia, sesuai dengan<br />

hasil perbuatannya semasa hidup.<br />

____________________<br />

Setelah uraian itu berakhir, Beliau mengulangi apa yang<br />

telah dikatakan-Nya bahwa kecenderungan bhikkhu itu di masa<br />

lampau sama seperti saat sekarang ini. Sang Guru<br />

mempertautkan dan menjelaskan tentang kelahiran itu dengan<br />

menga-takan, “Bhikkhu ini adalah kuda kerajaan itu, Ānanda<br />

merupakan sang raja, dan Saya sendiri adalah menteri tersebut.”<br />

No.26.<br />

MAHILAMUKHA-JATAKA<br />

“Awalnya, dengan mendengar,” dan seterusnya. Kisah ini<br />

diceritakan oleh Sang Bhagawan ketika berada di Weluwana,<br />

mengenai Devadatta, yang mendapatkan kesetiaan Pangeran<br />

Ajātasattu, ia memperoleh keuntungan serta kehormatan darinya.<br />

Pangeran Ajātasattu membangun sebuah wihara untuk<br />

Devadatta di Gayāsīsa, dan setiap hari mempersembahkan [186]<br />

lima ratus mangkuk nasi wangi yang berusia tiga tahun, yang<br />

telah dibumbui dengan semua bumbu pilihan. Semua<br />

keuntungan dan kehormatan ini membawakan sejumlah pengikut<br />

untuk Devadatta, yang tinggal bersamanya, tanpa pernah keluar<br />

dari wihara.<br />

151<br />

152

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!