Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Suttapiṭaka Jātaka I<br />
____________________<br />
Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,<br />
Bodhisatta terlahir sebagai menterinya. Di saat itu, raja memiliki<br />
seekor gajah kerajaan [187] yang bernama Mahilamukha (Paras<br />
Gadis), yang sangat bijaksana dan penuh kebaikan, ia tidak<br />
pernah melukai siapa pun.<br />
Suatu malam, beberapa orang pencuri berkumpul di<br />
dekat kandang gajah itu, mereka duduk sambil membicarakan<br />
rencana mereka : — “Inilah cara untuk menerobos masuk ke<br />
dalam sebuah rumah; dan ini adalah cara mendobrak masuk<br />
melalui dinding rumah; sebelum membawa kabur barang-barang<br />
curian, masuk dengan cara menerobos atau pun mendobrak<br />
dinding harus jelas dan terbuka, seperti melalui darat atau<br />
dengan menyeberangi sungai. Dalam membawa kabur barangbarang<br />
itu, jangan sampai terjebak dalam pembunuhan, di mana<br />
kamu tidak akan bisa melawan lagi. Seorang pencuri harus<br />
membuang semua kebaikan dan kebajikan yang ia miliki, agar ia<br />
cukup kejam. Ia harus menjadi orang yang penuh dengan<br />
kebengisan dan kekerasan.” Setelah saling mengajari satu sama<br />
lain dengan nasihat-nasihat itu, mereka membubarkan diri.<br />
Mereka datang lagi keesokan harinya, dan beberapa hari setelah<br />
itu, mereka selalu mengadakan percakapan yang sama sehingga<br />
akhirnya gajah itu menyimpulkan bahwa mereka datang untuk<br />
memberikan petunjuk kepadanya, bahwa ia harus berubah<br />
menjadi kejam, bengis dan penuh kekerasan. Dan seperti itulah<br />
ia berubah. Begitu pelatihnya muncul di pagi hari, gajah itu melilit<br />
lelaki itu dengan belalainya dan melemparkannya ke tanah<br />
Suttapiṭaka Jātaka I<br />
hingga ia meninggal. Dengan cara yang sama ia memperlakukan<br />
orang kedua, ketiga dan setiap orang yang mendekatinya.<br />
Berita itu disampaikan kepada Raja, bahwa<br />
Mahilamukha telah gila dan membunuh setiap orang yang terlihat<br />
olehnya. Raja segera mengundang Bodhisatta dan berkata,<br />
“Pergilah, wahai Yang bijaksana, temukan apa yang telah<br />
menyesatkannya.”<br />
Bodhisatta pergi ke tempat gajah itu berada, ia<br />
memastikan bahwa gajah itu tidak menunjukkan tanda-tanda ada<br />
bagian tubuhnya yang sakit. Saat memikirkan kembali semua<br />
kemungkinan yang menyebabkan perubahan tersebut, ia tiba<br />
pada kesimpulan bahwa gajah itu pasti mendengar pembicaraan<br />
orang-orang yang berada di dekatnya. Gajah itu mengira mereka<br />
sedang memberikan petunjuk kepadanya, hal inilah yang menyesatkan<br />
hewan tersebut. Karena itu, ia bertanya kepada penjaga<br />
gajah tersebut apakah belakangan ini ada orang yang melakukan<br />
percakapan di dekat kandang gajah pada malam hari. “Ada,<br />
Tuanku,” jawab penjaga gajah itu, “beberapa orang pencuri<br />
datang kemari dan melakukan pembicaraan.” Kemudian<br />
Bodhisatta pergi menghadap raja dan berkata, “Tidak ada yang<br />
salah dengan gajah itu, Paduka, ia disesatkan oleh pembicaraan<br />
beberapa orang pencuri.” “Baiklah, apa yang harus kita lakukan<br />
sekarang?” “Undanglah orang-orang yang penuh dengan<br />
kebaikan, para guru dan brahmana untuk duduk di dekat<br />
kandangnya dan membicarakan tentang kebaikan.” “Lakukanlah<br />
hal itu, Temanku,” kata Raja. Bodhisatta kemudian mengundang<br />
orang-orang yang penuh dengan kebaikan, para guru dan<br />
brahmana ke kandang gajah tersebut [188], dan meminta mereka<br />
155<br />
156