Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Suttapiṭaka Jātaka I<br />
menghabiskan biaya yang cukup besar untuk acara ini.<br />
Memangnya mereka pikir mereka itu siapa? Mari kita nikahkan<br />
gadis ini kepada pemuda yang lain.” Maka mereka mencari<br />
mempelai pria yang lain dan menikahkan gadis itu kepadanya<br />
dengan semua perayaan yang telah mereka siapkan.<br />
Keesokan harinya, pihak keluarga dari desa itu datang<br />
untuk menjemput mempelai wanita, namun penduduk Sawatthi<br />
menilai mereka sebagai berikut : — “Kalian orang-orang desa<br />
adalah taruhan yang buruk; kalian sendiri yang menentukan hari,<br />
kemudian mempermalukan kami dengan tidak hadir. Kami telah<br />
menikahkan gadis tersebut dengan orang lain.” Orang-orang<br />
desa itu mulai ribut, namun akhirnya mereka pulang kembali ke<br />
tempat mereka.<br />
Para bhikkhu akhirnya mengetahui bagaimana petapa<br />
telanjang itu menghalangi perayaan tersebut, mereka membicarakan<br />
hal tersebut di Balai Kebenaran. Memasuki balai<br />
tersebut, dan setelah mengetahui dan mempelajari topik<br />
pembicaraan mereka, Sang Guru berkata, “Para Bhikkhu, ini<br />
bukan pertama kalinya petapa ini menghalangi perayaan<br />
keluarga tersebut; di luar kekesalannya terhadap mereka, ia<br />
melakukan hal yang sama satu kali sebelum ini.” Setelah<br />
mengucapkan kata-kata tersebut, Beliau menceritakan kisah<br />
kelahiran lampau ini.<br />
____________________<br />
Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,<br />
beberapa orang penduduk kota melamar seorang gadis desa dan<br />
mereka telah menentukan harinya. Setelah pengaturan<br />
dilakukan, mereka baru bertanya kepada petapa keluarga<br />
Suttapiṭaka Jātaka I<br />
mereka, apakah posisi bintang menguntungkan jika diadakan<br />
perayaan pada hari itu. Kesal karena mereka telah menetapkan<br />
waktu yang sesuai untuk mereka tanpa berunding dengannya<br />
terlebih dahulu, petapa itu memutuskan untuk menghalangi<br />
upacara pernikahan pada hari itu; [258] karena itu, ia menjawab<br />
bahwa posisi bintang sangat tidak menguntungkan pada hari itu,<br />
dan jika mereka berkeras untuk tetap melangsungkan<br />
pernikahan, kemalangan akan terjadi. Maka, dalam keyakinan<br />
terhadap petapa itu, mereka tetap berada di dalam rumah! Ketika<br />
orang-orang desa melihat penduduk kota itu tidak datang,<br />
mereka berkata, “Mereka yang menetapkan untuk melakukan<br />
pernikahan pada hari ini, dan sekarang, mereka sendiri yang<br />
tidak muncul. Memangnya mereka itu siapa?” Mereka lalu<br />
menikahkan gadis itu kepada orang lain.<br />
Keesokan harinya penduduk kota datang dan meminta<br />
gadis itu; namun orang-orang desa itu berkata, “Kalian orang<br />
kota yang tidak mempunyai sopan santun. Kalian sendiri yang<br />
menetapkan hari dan kalian juga yang tidak datang untuk<br />
menjemput mempelai wanita. Karena kalian tidak hadir, gadis itu<br />
telah kami nikahkan dengan pemuda yang lain.” “Namun, saat<br />
kami bertanya pada petapa kami, ia mengatakan bahwa posisi<br />
bintang tidak menguntungkan. Itu sebabnya kami tidak hadir<br />
kemarin. Berikanlah gadis itu kepada kami.” “Kalian tidak datang<br />
tepat pada waktunya, sekarang ia telah menikah dengan orang<br />
lain. Bagaimana ia bisa kami nikahkan dua kali?” Sementara<br />
mereka bertengkar, ada seorang lelaki bijaksana dari kota, yang<br />
sedang mengunjungi desa tersebut untuk keperluan dagang.<br />
Mendengar penjelasan dari penduduk kota itu bahwa mereka<br />
287<br />
288