22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

makhluk yang termurnikan pun dapat disesatkan oleh nafsu,<br />

demikian juga mereka yang telah mencapai kehormatan tertinggi,<br />

menjadi malu.” Setelah mengucapkan kata-kata itu, beliau<br />

menceritakan kisah kelahiran lampau ini.<br />

____________________<br />

Pada suatu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,<br />

Bodhisatta terlahir dalam sebuah keluarga brahmana kaya di<br />

negeri Kasi (Kāsi). Ketika ia dewasa dan setelah menyelesaikan<br />

pendidikannya, ia membuang semua nafsu dan meninggalkan<br />

keduniawian untuk menjalani kehidupan tidak berumah tangga<br />

sebagai petapa, pergi untuk hidup di sebuah tempat yang sunyi<br />

di Pegunungan Himalaya. Di sana, dengan melaksanakan semua<br />

bentuk-bentuk meditasi pendahuluan yang sesuai, dengan<br />

perenungan ia mencapai lima pengetahuan istimewa dan<br />

delapan pencapaian; dan berdiam dalam kebahagiaan jhana.<br />

[304] Karena kehabisan garam dan cuka, ia pergi ke<br />

Benares pada suatu hari, dan bertempat tinggal sementara di<br />

taman peristirahatan raja. Keesokan harinya, untuk memenuhi<br />

kebutuhan jasmaninya, setelah melipat setelan merah dari jangat<br />

kayu yang biasanya ia pakai, menyampirkan kulit antelop di salah<br />

satu bahunya, mengikat rambutnya yang kusut menjadi sebuah<br />

gulungan di kepalanya, dan dengan sebuah kuk di punggungnya<br />

yang tergantung dua buah keranjang, ia berkeliling untuk<br />

berpindapata. Setelah tiba di gerbang istana dalam<br />

perjalanannya, sikapnya yang begitu terpuji membuat raja<br />

mengundangnya masuk. Petapa itu dipersilakan duduk di sebuah<br />

kursi yang sangat megah dan disuguhi dengan makanan mewah<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

nan lezat. Saat mengucapkan terima kasih kepada raja, ia<br />

diundang untuk menetap di taman peristirahatan. Petapa itu<br />

menerima tawaran tersebut, dan selama enam belas tahun<br />

menetap di taman peristirahatan itu, mewejang semua anggota<br />

rumah tangga kerajaan dan menerima makanan dari kerajaan.<br />

Pada suatu hari, raja harus pergi ke perbatasan untuk<br />

memadamkan pemberontakan. Tetapi, sebelum memulai<br />

perjalanan, ia memberi tugas kepada istrinya, yang bernama Hati<br />

Lembut, untuk melayani kebutuhan-kebutuhan orang suci itu.<br />

Maka, setelah raja berangkat, Bodhisatta tetap mengunjungi<br />

istana saat ia ingin ke sana.<br />

Suatu hari, Ratu Hati Lembut mempersiapkan makanan<br />

untuk Bodhisatta; tetapi, karena petapa itu datang terlambat, ratu<br />

pergi ke kamar mandi pribadinya. Setelah mandi dengan air yang<br />

telah diberi wewangian, ia memakai pakaian yang sangat bagus<br />

dan berbaring, sambil menunggu kedatangan petapa tersebut, di<br />

sebuah dipan kecil di kamarnya yang luas.<br />

Setelah bangkit dari kebahagiaan jhana, dan melihat<br />

sudah hampir siang, Bodhisatta bergerak melalui udara ke<br />

istana. Mendengar desiran jubah jangat kayunya, ratu terbangun<br />

dengan buru-buru untuk menyambutnya. Saat terburu-buru<br />

berdiri, bajunya merosot, sehingga kecantikan ratu terlihat oleh<br />

petapa tersebut saat ia masuk melalui jendela; dan segera<br />

setelah melihatnya, dengan melanggar moralitas, untuk<br />

kesenangan indriawi ia memandang kecantikan ratu yang<br />

mengagumkan. Nafsu berkobar dalam dirinya; ia seperti pohon<br />

yang ditumbangkan dengan kapak. Seketika itu juga<br />

pengetahuan yang telah didapat lenyap, ia berubah seperti<br />

369<br />

370

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!