22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

didampingi oleh tikus-tikus lainnya, ia memberikan penghormatan<br />

di pagi dan sore hari terhadap serigala yang suci itu. Saat<br />

mereka pergi, serigala menangkap dan menelan tikus yang<br />

berada paling belakang dari barisan tersebut, menyeka bibirnya<br />

dan bersikap seakan tidak terjadi apa-apa. Akibatnya, jumlah<br />

tikus-tikus itu semakin berkurang dan berkurang, hingga akhirnya<br />

mereka mengetahui ada kekosongan dalam barisan mereka,<br />

bertanya-tanya mengapa hal itu bisa terjadi, dan menanyakan<br />

alasannya pada Bodhisatta. Ia tidak mampu menjelaskannya,<br />

namun mencurigai serigala tersebut, [461] memutuskan untuk<br />

menempatkan dirinya untuk menguji hal tersebut. Maka<br />

keesokan harinya ia membiarkan tikus yang lain keluar terlebih<br />

dahulu dan dirinya berdiri paling belakang. Serigala tersebut<br />

menerkam Bodhisatta, yang melihat kedatangannya, berbalik<br />

menghadapnya dan berseru, “Begitu kesucianmu rupanya, dasar<br />

penjahat yang munafik!” Dan ia mengulangi syair berikut ini: —<br />

Dimana kesucian yang ada hanyalah selubung<br />

untuk menipu penduduk yang tidak mempunyai akal<br />

Ddn melindungi pengkhianatan si penjahat,<br />

— Sifat alami bangsa kucing yang telah kita saksikan 209 .<br />

Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, raja tikus itu<br />

menerkam kerongkongan serigala dan menggigit batang<br />

tenggorokannya hingga hancur di bawah cakarnya, akhirnya<br />

serigala tersebut mati. Pasukan tikus lainnya, kembali dan<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

melahap badan serigala tersebut dengan ‘nyam, nyam, nyam’;—<br />

hal itu untuk memberi penjelasan, dilakukan dengan cepat oleh<br />

mereka, sehingga dikatakan tidak ada yang tersisa untuk mereka<br />

yang datang belakangan. Setelah itu, untuk selamanya, para<br />

tikus hidup dengan bahagia dalam kedamaian dan ketenangan.<br />

____________________<br />

Setelah uraian tersebut berakhir, Sang Guru membuat<br />

kaitan dengan berkata, “Bhikkhu yang munafik ini adalah serigala<br />

di masa itu, dan Saya adalah raja tikus.”<br />

No.129.<br />

AGGIKA-JĀTAKA<br />

“Itu adalah keserakahan,” dan seterusnya. Kisah ini<br />

diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetawana, mengenai<br />

orang munafik lainnya.<br />

____________________<br />

Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,<br />

Bodhisatta adalah seekor raja tikus, dan menetap di dalam<br />

hutan. Dalam suatu kejadian, hutan terbakar, dan seekor serigala<br />

yang tidak bisa melarikan diri, meletakkan kepalanya di balik<br />

sebatang pohon [462] dan membiarkan kobaran api menyapu<br />

dirinya. Api menghanguskan bulu di sekujur tubuhnya, membuat<br />

dirinya benar-benar tak berbulu, kecuali seberkas bulu seperti<br />

209<br />

Walaupun prosa sebelumnya menceritakan tentang seekor serigala, syair itu membicarakan<br />

tentang kucing, sama seperti Mahābhārata dalam versinya mengenai kisah ini.<br />

649<br />

650

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!