22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

diterjemahkan oleh Tawney. Lihat juga Kalilah and Dimnah, Bab XVIII.<br />

(Knatchbull, hal.358).]<br />

No.5.<br />

TAṆḌULANĀLI-JĀTAKA<br />

“Berapakah kiranya nilai satu takaran beras?” dan<br />

seterusnya. Kisah ini diceritakan Sang Guru ketika berada di<br />

Jetawana, tentang Thera Udāyi, yang dipanggil si Dungu.<br />

Pada masa itu, seorang bhikkhu bernama Dabba, dari<br />

suku Malla, bertugas mengatur pembagian persediaan bahan<br />

makanan untuk Sanggha 21 . Di pagi hari Dabba sedang<br />

menentukan beras untuk dibagikan, kadang-kadang beras pilihan<br />

dan kadang-kadang beras yang mutunya lebih rendah, yang<br />

diberikan kepada Bhikkhu Udāyi. Biasanya saat menerima beras<br />

yang mutunya lebih rendah, ia membuat kericuhan di ruang<br />

penyimpanan dengan berkata, “Apakah Dabba satu-satunya<br />

orang yang mengetahui cara menentukan beras? Bukankah kita<br />

semua juga bisa?” Suatu hari, saat ia ricuh, mereka<br />

menyerahkan keranjang periksa kepadanya dan berkata,<br />

“Ambillah! Mulai hari ini, engkau yang menentukan pembagian<br />

beras!” Sejak itu, Udāyi bertugas menentukan pembagian beras<br />

kepada bhikkhu Sanggha. Namun, dalam pembagian yang<br />

dilakukannya, ia tidak mengetahui perbedaan beras yang<br />

21<br />

Lihat Vinaya, <strong>Vol</strong>.III, hal.158.<br />

49<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

mutunya bagus dan beras yang mutunya lebih rendah; ia juga<br />

tidak tahu bhikkhu senior 22 dengan kedudukan apa berhak<br />

mendapatkan beras dengan kualitas baik maupun beras dengan<br />

mutu yang lebih rendah. Karena itu, saat menyusun daftar nama,<br />

ia tidak mengetahui kesenioran kedudukan para bhikkhu.<br />

Akhirnya, saat para bhikkhu mengambil tempat, ia menandai<br />

lantai maupun dinding untuk menunjukkan pemisahan siapa yang<br />

berdiri di sini dan siapa yang berdiri di sana. Di kemudian hari,<br />

lebih sedikit bhikkhu pada tingkatan tertentu dan lebih banyak<br />

bhikkhu tingkatan yang lain; dimana dengan jumlah yang<br />

semakin sedikit, tanda itu semakin menurun, dan untuk jumlah<br />

yang bertambah banyak, tandanya juga mengalami kenaikan.<br />

Namun Udāyi yang tidak mengetahui tentang pemisahan itu,<br />

membagikan penentuan beras hanya menurut tanda lama yang<br />

ia buat.<br />

Karena itu, para bhikkhu berkata kepadanya, “Awuso<br />

Udāyi, tanda yang engkau buat terlalu tinggi atau terlalu rendah;<br />

beras yang mutunya baik, diberikan kepada bhikkhu<br />

berkedudukan demikian dan beras yang mutunya lebih rendah<br />

diberikan kepada bhikkhu dengan kedudukan yang lain.” Namun<br />

ia menyanggah dengan alasan, “Tanda itu berada di tempat<br />

seharusnya ia berada. Jika bukan tempatmu, mengapa engkau<br />

berdiri di sana? Mengapa saya harus percaya padamu? Saya<br />

hanya percaya pada tanda yang saya buat.”<br />

22<br />

Bandingkan dengan Vinaya , <strong>Vol</strong>.II, hal.167, dan komentar (Sāmanta-pāsādikā) mengenai<br />

hak para bhikkhu senior, sesuai dengan daftar nama, untuk dilayani terlebih dahulu. Petugas<br />

pemeriksa penentuan beras harus memanggil nama sesuai daftar.<br />

50

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!