Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Suttapiṭaka Jātaka I<br />
mengenai seorang brahmana yang menguji reputasinya sendiri<br />
dalam hal kebaikan. Brahmana yang disokong oleh Raja Kosala<br />
ini, berpegang pada Tiga Perlindungan; ia menjalankan lima<br />
latihan moralitas dan sangat menguasai Tiga Weda. “Ia adalah<br />
orang yang baik,” pikir raja sambil memberikan penghormatan<br />
kepadanya. Namun brahmana tersebut berpikir, “Raja<br />
menunjukkan penghormatan yang luar biasa pada saya, melebihi<br />
brahmana lainnya, dan telah menunjukkan bahwa ia sangat<br />
menghargai saya dengan menjadikan saya sebagai penasihat<br />
spiritualnya. Namun apakah kemurahan hatinya berkenaan<br />
dengan kebaikan saya atau hanya memandang status, garis<br />
keturunan, keluarga, negeri dan prestasi saya? Saya harus<br />
mencari kejelasan hal ini tanpa menunda-nunda lagi.” Oleh<br />
sebab itu, suatu hari pada saat akan meninggalkan istana, tanpa<br />
meminta, ia mengambil satu keping uang dari meja<br />
Bendaharawan, dan melanjutkan perjalanannya. Rasa hormat<br />
Bendaharawan pada brahmana tersebut membuat ia tetap duduk<br />
dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Keesokan harinya,<br />
brahmana tersebut mengambil dua keping uang; namun pejabat<br />
tersebut tetap tidak mengeluh. Pada hari ketiga, brahmana<br />
tersebut mengambil segenggam penuh kepingan uang. “Ini<br />
adalah hari ketiga,” seru Bendaharawan tersebut, “engkau<br />
merampok harta raja.” Ia pun berteriak tiga kali, — “Saya telah<br />
menangkap pencuri yang merampok harta kerajaan.” Orangorang<br />
berhamburan dari segala penjuru dan berseru, “Ah, telah<br />
lama engkau berlagak sebagai teladan yang baik.” Setelah<br />
menghantamkan dua atau tiga pukulan kepadanya, mereka pun<br />
membawanya menghadap raja. Dengan penuh kepedihan raja<br />
Suttapiṭaka Jātaka I<br />
berkata kepadanya, “Apa yang membuat engkau, Brahmana,<br />
melakukan perbuatan yang tidak baik ini?” Dan raja memberi<br />
perintah dengan berkata, “Bawa dan hukum dia.” “Saya bukan<br />
pencuri, Paduka,” kata Brahmana tersebut. “Kalau begitu<br />
mengapa engkau mengambil uang dari tempat penyimpanan?”<br />
“Karena engkau menunjukkan rasa hormat yang luar biasa pada<br />
saya, Paduka, maka saya memutuskan untuk mencari tahu<br />
apakah penghormatan itu diberikan karena status saya dan<br />
sejenisnya, atau semata hanya karena kebaikan saya. Inilah<br />
yang mendorong saya melakukan hal tersebut, dan sekarang<br />
saya telah tahu dengan pasti (karena engkau memberi hukuman<br />
pada saya) bahwa kebaikan saya, dan bukan karena status<br />
maupun keunggulan lain dari saya, yang membuat saya<br />
memperoleh rasa hormat darimu. Saya menyadari bahwa<br />
kebaikan merupakan hal yang utama dan tertinggi; saya juga<br />
menyadari bahwa kebaikan [370] tidak akan pernah terlaksana<br />
dalam kehidupan ini, apabila saya masih merupakan seorang<br />
perumah tangga, yang hidup di tengah kesenangan yang penuh<br />
kemerosotan. Itulah latar belakang mengapa, dalam waktu dekat<br />
saya akan pergi menemui Sang Guru di Jetawana, dan<br />
meninggalkan keduniawian untuk bergabung menjadi anggota<br />
Sanggha. Izinkanlah saya untuk pergi, Paduka.” Raja<br />
mengabulkan permintaannya, brahmana tersebut pun segera<br />
berangkat ke Jetawana. Teman-teman dan kerabatnya bersatu<br />
untuk menggagalkan kepergiannya, namun, menyadari bahwa<br />
usaha mereka sia-sia, mereka pun tidak mengganggunya lagi. Ia<br />
menemui Sang Guru dan memohon agar diterima menjadi<br />
anggota Sanggha. Setelah mendapat pengakuan dari mereka<br />
497<br />
498