22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

pasti akan dialami oleh Jīvaka dan Ajīvaka suatu saat nanti,<br />

bahwa Dhanapālī dan Adhanapālī sama-sama bisa miskin, dan<br />

bahwa Panthaka dan Apanthaka sama-sama bisa kehilangan<br />

arah. Sekarang, saya mengetahui bahwa sebuah nama hanya<br />

untuk menandai seseorang itu siapa, sama sekali tidak<br />

menentukan nasib pemiliknya. Maka saya merasa puas pada<br />

nama saya sendiri dan tidak ingin menggantinya lagi.”<br />

Kemudian Bodhisatta mengucapkan syair berikut ini;<br />

memadukan apa yang dilakukan oleh brahmana muda itu<br />

dengan apa yang ia lihat: —<br />

Melihat Jīvaka meninggal, Dhanapālī miskin,<br />

Panthaka kehilangan arah,<br />

Pāpaka belajar, menjadi puas,<br />

tidak berkelana lebih jauh lagi.<br />

____________________<br />

Setelah menceritakan kisah ini, Sang Guru berkata,<br />

“Kalian lihat, para Bhikkhu, di kehidupan yang lampau sama<br />

seperti kehidupan ini, bhikkhu ini mengira ada pengaruh besar<br />

dari sebuah nama.” Dan beliau menjelaskan kelahiran tersebut<br />

dengan berkata, “Bhikkhu ini, yang merasa tidak puas pada<br />

namanya adalah brahmana muda yang merasa tidak puas di<br />

masa itu; para siswa Buddha adalah siswa-siswa itu, dan Saya<br />

sendiri adalah guru mereka.”<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

No.98.<br />

KŪṬAVĀṆIJA-JĀTAKA<br />

[404] “Paṇḍita benar, Atipaṇḍita yang salah,” dan<br />

seterusnya. Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di<br />

Jetawana, mengenai seorang pedagang penipu. Terdapat dua<br />

orang pedagang yang bekerja sama di Sawatthi, diceritakan<br />

kepada kami, mereka melakukan perjalanan dengan membawa<br />

barang dagangan dan pulang dengan membawa hasil penjualan.<br />

Pedagang penipu itu berpikir, “Rekan saya telah makan dengan<br />

buruk dan tinggal dengan kondisi yang tidak nyaman beberapa<br />

hari yang lalu, sehingga ia akan mati karena masalah<br />

pencernaan, sesampainya di rumahnya kembali ia dapat<br />

menyenangkan diri sepuas hati dengan berbagai makanan<br />

pilihan. Rencana saya adalah membagi hasil penjualan menjadi<br />

tiga bagian, memberi satu bagian untuk anak yatimnya, dan dua<br />

bagian lainnya untuk diriku sendiri.” Dengan alasan itu ia<br />

membuat alasan untuk menunda pembagian keuntungan.<br />

Melihat kegagalannya mendesak pembagian tersebut,<br />

rekan yang jujur itu menemui Sang Guru di wihara, memberikan<br />

penghormatan dan disambut dengan ramah. “Sudah sangat<br />

lama,” kata Sang Buddha, “sejak terakhir kali engkau<br />

mengunjungi saya.” Dan saudagar tersebut menceritakan kepada<br />

Sang Guru apa yang menimpa dirinya.<br />

“Ini bukan pertama kalinya, Upasaka,” kata Sang Guru,<br />

“orang ini menipu para pedagang; ia juga melakukan penipuan di<br />

kehidupan yang lampau. Seperti ia mencoba menipumu<br />

555<br />

556

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!