22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

yang terakhir. Lelaki itu kemudian menceritakan seluruh kejadian<br />

itu kepada Sang Bhagawan.<br />

“Ia selalu merupakan gadis yang baik,” kata Sang Guru.<br />

“Engkau mengujinya di saat ini sama seperti yang engkau<br />

lakukan di kehidupan yang lampau.” Kemudian, atas<br />

permohonan penjual sayuran itu, Beliau menceritakan kisah<br />

kelahiran lampau ini.<br />

____________________<br />

Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares<br />

[412], Bodhisatta terlahir sebagai dewa pohon di sebuah hutan.<br />

Seorang upasaka penjual sayuran di Benares meragukan<br />

putrinya dengan cara yang sama, dan semuanya terjadi sama<br />

seperti pada cerita pembuka di atas. Saat ayahnya<br />

menggenggam tangannya, gadis yang menangis itu mengulangi<br />

syair berikut ini: —<br />

Ia yang seharusnya memberikan perlindungan bagiku,<br />

ayahku, melakukan perbuatan salah ini kepadaku;<br />

Di dalam hutan lebat ini saya sedih dan menangis,<br />

pelindungku ternyata menjadi musuhku sendiri.<br />

Kemudian ayahnya menenangkan rasa takutnya, dan<br />

bertanya apakah ia masih suci. Setelah ia mengatakan ia masih<br />

suci, kemudian ayahnya membawanya pulang ke rumah dan<br />

mengadakan jamuan makan untuk menikahkan gadis tersebut.<br />

____________________<br />

Setelah uraian-Nya berakhir, Sang Guru membabarkan<br />

Empat Kebenaran Mulia dan pada akhir khotbah, penjual<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

sayuran itu mencapai tingkat kesucian Sotāpanna. Kemudian<br />

Beliau menjelaskan kelahiran tersebut dengan berkata, “Ayah<br />

dan anak di masa ini merupakan ayah dan anak dalam kisah<br />

tersebut, dan saya adalah dewa pohon yang menjadi saksi<br />

kejadian tersebut.”<br />

[Catatan : Bandingkan No.217]<br />

No.103.<br />

VERI-JĀTAKA<br />

“Jika bijaksana, engkau tidak akan berkeliaran,” dan<br />

seterusnya. Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru di Jetawana,<br />

mengenai Anāthapiṇḍika. Dari apa yang terdengar,<br />

Anāthapiṇḍika sedang dalam perjalanan kembali dari desa<br />

tempat ia menjadi kepala desa, ketika ia melihat para perampok<br />

di jalan. “Tidak baik untuk berkeliaran di jalan,” pikirnya, “saya<br />

harus segera menuju Sawatthi.” Maka ia mendesak sapinya<br />

untuk bergerak lebih cepat [413] dan tiba dengan selamat di<br />

Sawatthi. Keesokan harinya ia pergi ke wihara dan menceritakan<br />

pada Sang Guru apa yang menimpa dirinya. “Tuan,” kata Sang<br />

Guru, “di kehidupan yang lampau, mereka yang bijaksana dan<br />

penuh kebaikan melihat perampok di jalan, dan dengan cepat<br />

tanpa menunda lagi segera menuju ke rumah mereka.”<br />

569<br />

570

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!