22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

[498] dimana, baru saja, orang-orang memberikan persembahan<br />

kepada para nāga berupa susu, nasi, ikan, daging, minuman<br />

keras dan sejenisnya. Gagak dan pasangannya yang baru<br />

datang makan benda-benda persembahan itu dengan bebas,<br />

dan minum minuman keras dalam jumlah yang besar. Mereka<br />

berdua telah sangat mabuk. Kemudian mereka ingin<br />

menyenangkan diri mereka di laut, dan mencoba untuk berenang<br />

di ombak, ketika sebuah ombak besar menyapu gagak betina itu<br />

ke tengah laut, kemudian seekor ikan datang dan menelannya.<br />

“Oh, istriku yang malang telah mati,” seru gagak itu,<br />

meledak dalam tangisan dan ratapan. Kemudian serombongan<br />

gagak lainnya yang penasaran pada suara ratapannya datang ke<br />

tempat itu untuk mengetahui apa yang menyakitinya. Ia memberi<br />

tahu mereka bagaimana istrinya terbawa oleh air laut, mereka<br />

semua mulai menangis bersama. Tiba-tiba suatu pikiran terlintas<br />

di benak mereka, bahwa mereka lebih kuat dibanding dengan<br />

laut dan apa yang harus mereka lakukan adalah mengeringkan<br />

air laut dan menolong teman mereka, dan mulai melaksanakan<br />

rencana mereka. Mengeringkan laut seteguk demi seteguk,<br />

membawa air laut ke darat. Segera saja kerongkongan mereka<br />

sakit karena air garam. Demikianlah mereka bekerja keras<br />

hingga mulut dan rahang mereka kering dan meradang, dengan<br />

mata yang semerah darah, dan hampir jatuh karena kelelahan.<br />

Kemudian dalam keputusasaan, mereka berpaling kepada satu<br />

sama lain, dan berkata mereka telah bekerja tanpa hasil untuk<br />

mengeringkan air laut, karena begitu mereka membebaskan satu<br />

tempat dari air, lebih banyak lagi air yang mengalir masuk, dan<br />

mereka harus mengulangi pekerjaan mereka lagi; mereka tidak<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

akan pernah berhasil menguras air keluar dari lautan. Dan,<br />

setelah mengatakan hal tersebut, mereka mengucapkan syair<br />

berikut ini :<br />

Kerongkongan kami telah lelah; mulut kami sakit;<br />

Namun laut malah terisi ulang lebih banyak lagi.<br />

Kemudian semua gagak itu memuji keindahan paruh dan<br />

mata gagak betina itu; rona, bentuk tubuh dan suaranya yang<br />

lembut, berkata bahwa kesempurnaannya memancing laut<br />

mencurinya dari mereka. Namun [499] saat mereka sedang<br />

membicarakan omong kosong itu, dewa laut muncul dengan rupa<br />

yang menyeramkan dan membuat mereka semua terbang pergi.<br />

Dengan cara demikianlah mereka diselamatkan.<br />

____________________<br />

Setelah uraian tersebut berakhir, Sang Guru<br />

menjelaskan tentang kelahiran tersebut dengan berkata, “Istri<br />

dari bhikkhu tua ini adalah gagak betina di masa itu, suaminya<br />

adalah gagak jantan tersebut; bhikkhu tua lainnya adalah sisa<br />

gagak lainnya, dan Saya adalah dewa laut tersebut.”<br />

No.147.<br />

PUPPHARATTA-JĀTAKA<br />

“Saya tidak menanggapi rasa sakit ini,” dan seterusnya.<br />

Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetawana<br />

711<br />

712

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!