22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

Orang bodoh berpikir kejahatannya sebagai hal yang<br />

baik selama akibat perbuatannya belum berbuah.<br />

Saat buah kejahatannya telah masak,<br />

orang bodoh pasti akan melihat ‘apa yang aku perbuat’<br />

adalah jahat.<br />

Orang baik berpikir kebaikannya sebagai suatu<br />

kejahatan selama perbuatannya belum berbuah.<br />

Saat buah kebaikannya telah masak,<br />

orang baik akan melihat ‘apa yang aku perbuat’ adalah<br />

baik 85 .<br />

Saat syair ini selesai disampaikan, makhluk dewata itu<br />

mencapai tingkat kesucian Sotāpanna. Ia bersujud di kaki Sang<br />

Guru yang mempunyai lambang roda, berseru, “Saya dinodai<br />

oleh nafsu keinginan, dirusak oleh kejahatan, disesatkan oleh<br />

khayalan dan dibutakan oleh ketidaktahuan. Saya mengucapkan<br />

hal-hal yang jahat karena tidak mengetahui tentang kebaikan-Mu.<br />

Maafkanlah saya.” Permohonan maafnya diterima oleh Sang<br />

Guru dan saudagar tersebut.<br />

Saat itu, Anāthapiṇḍika sendiri yang mengucapkan<br />

pujian kepada Sang Guru dengan berkata, “Bhante, walaupun<br />

makhluk ini telah berusaha untuk menghentikan dukungan saya<br />

terhadap Buddha dan para siswa-Nya, tetapi ia tidak berhasil;<br />

meskipun ia mencoba menghentikan persembahan dana saya,<br />

saya tetap melakukannya! Bukankah ini merupakan salah satu<br />

kebaikan-Mu?”<br />

85<br />

Syair No.119 dan 120 dari Dhammapada.<br />

237<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

Sang Guru berkata, “Engkau, perumah-tangga, adalah<br />

seorang yang telah mencapai Sotāpanna dan merupakan siswa<br />

terpilih, keyakinanmu kokoh dan pandanganmu suci. Tidak heran<br />

kalau kamu tidak bisa dihentikan oleh makhluk yang tidak<br />

bertenaga ini. Adalah suatu keajaiban saat ia yang bijaksana dan<br />

penuh kebaikan di kelahiran yang lampau, sebelum seorang<br />

Buddha muncul setelah mencapai Penerangan Sempurna,<br />

memberikan persembahan dari jantung bunga teratai, walaupun<br />

Mara, raja dari alam setan penggoda, muncul di tengah langit,<br />

berseru, ‘Jika kamu memberikan persembahan itu, kamu akan<br />

dipanggang dalam neraka ini.’ — bersamaan itu, ia menunjukkan<br />

pada mereka sebuah lubang sedalam delapan puluh kubik, yang<br />

dipenuhi dengan bara api yang merah membara.” Setelah<br />

mengucapkan kata-kata tersebut, atas permohonan<br />

Anāthapiṇḍika Beliau menceritakan kisah kelahiran lampau ini.<br />

____________________<br />

Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,<br />

Bodhisatta terlahir di dalam keluarga saudagar besar di Benares,<br />

ia dibesarkan dalam kemewahan seperti seorang putra mahkota.<br />

Saat mencapai kedewasaan di usia enam belas tahun, ia<br />

sempurna dalam semua keahlian. Setelah ayahnya meninggal, ia<br />

mengisi posisi saudagar besar dan membangun enam balai<br />

distribusi dana, masing-masing satu di keempat gerbang kota,<br />

satu di pusat kota dan satu lagi di depan gerbang rumahnya yang<br />

megah. Ia hidup dengan harta yang berlimpah [232], ia juga<br />

menjaga sila dan menjalankan uposatha.<br />

Suatu hari, saat sarapan, ketika berbagai makanan<br />

pilihan dengan rasa dan jenis yang sangat beraneka ragam<br />

238

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!