22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

berikan kue-kue itu, keranjang, dan semuanya kepada petapa<br />

ini.” Istrinya menghampiri Sang Thera dengan keranjang di<br />

tangannya. Lalu Sang Thera mewejang Dhamma kepada<br />

pasangan tersebut, dan memberitahukan kemuliaan Ti Ratana<br />

(Buddha, Dhamma, dan Sanggha). Mengajarkan bahwa dengan<br />

memberikan derma secara benar, ia membuat hasil dari<br />

pemberian derma dan kebajikan-kebajikan lainnya bersinar<br />

laksana bulan purnama di langit. Merasa senang setelah<br />

mendengar kata-kata Sang Thera, Bendahara itu berkata,<br />

“Bhante, datanglah ke sini dan duduklah di dipan ini untuk makan<br />

kue.”<br />

“Tuan Bendahara Besar,” kata Sang Thera, “Buddha<br />

Yang Mahabijaksana bersama lima ratus orang bhikkhu sedang<br />

duduk di wihara menunggu makanan kue ini. Jika ini memberikan<br />

kegembiraan kepada Anda, saya akan meminta Anda membawa<br />

istri dan kue-kue itu bersamamu, dan kita pergi menghadap Sang<br />

Guru.” “Namun Bhante, di manakah Sang Guru berada saat ini?”<br />

“Empat puluh lima yojana dari sini, di wihara di Jetawana.”<br />

“Bagaimana cara kita semua pergi ke sana, Bhante, tanpa<br />

kehilangan waktu yang lama dalam perjalanan?” “Jika ini<br />

memberikan kegembiraan kepada Anda, Tuan Bendahara Besar,<br />

saya akan membawa kalian ke sana dengan kekuatan gaibku.<br />

Puncak tangga rumahmu akan tetap berada di tempatnya,<br />

namun bagian bawahnya akan berada di gerbang utama<br />

Jetawana. Dengan cara inilah saya akan membawa kalian<br />

menghadap Sang Guru, saat tiba di bawah.” “Kalau begitu,<br />

lakukanlah, Bhante,” kata Bendahara itu.<br />

457<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

Lalu Sang Thera membiarkan puncak tangga tetap<br />

berada di tempatnya, memerintahkan, “Jadilah kaki tangga<br />

rumah ini berada di gerbang utama Jetawana.” Dan itulah yang<br />

terjadi. Dengan cara demikian Sang Thera membawa Bendahara<br />

dan istrinya ke Jetawana, lebih cepat dari waktu yang mereka<br />

butuhkan untuk menuruni tangga.<br />

Lalu suami istri itu menghadap Sang Guru dan<br />

mengatakan bahwa waktu makan telah tiba. Sang Guru masuk<br />

ke dalam ruang makan, dan duduk di tempat duduk Buddha yang<br />

telah dipersiapkan untuknya, dengan Bhikkhu Sanggha berada di<br />

sekelilingnya. Lalu Tuan Bendahara Besar menuangkan air<br />

derma 158 ke tangan (kanan) Buddha Yang Mahamulia yang<br />

mengepalai Bhikkhu Sanggha, sementara istrinya memasukkan<br />

sepotong kue ke dalam patta Bhagawan. Dengan ini, beliau<br />

mengambil apa yang dibutuhkan untuk menyokong hidupnya,<br />

demikian juga dengan kelima ratus orang bhikkhu itu.<br />

Selanjutnya, Bendahara itu berkeliling memberikan susu yang<br />

dicampur dengan gi, madu, dan gula merah. Sang Guru dan para<br />

bhikkhu menyudahi acara makan mereka. Lalu Bendahara itu<br />

dan istrinya makan sekenyang-kenyangnya. Namun, tetap<br />

kelihatan kue-kue itu tidak ada habis-habisnya. Bahkan ketika<br />

semua bhikkhu dan orang-orang dari luar wihara yang memakan<br />

makanan yang disisakan telah mendapatkan bagian mereka,<br />

masih belum terlihat tanda-tanda bahwa kue-kue itu akan habis.<br />

Mereka kemudian menyampaikan hal tersebut kepada Sang<br />

158<br />

Menurut penjelasan kamus elektronik Pali-Inggris di Kitab Pali Chattha Sangayana CD,<br />

bahwa air derma adalah air yang dituangkan ke tangan kanan seorang bhikkhu sebagai<br />

pengesahan atas derma yang telah dilakukan ataupun yang sedang dilakukan.<br />

458

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!