22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

ke tempat yang sangat dalam, ia telah merampas kota dewa<br />

kita.” “Mari,” teriak mereka, “kita menangkan kembali alam milik<br />

kita darinya dengan menggunakan kekuatan senjata.” Mulailah<br />

mereka memanjat naik ke sisi atas Pegunungan Sineru, seperti<br />

iring-iringan semut yang menaiki pilar.<br />

Mendengar raungan tanda bahaya yang menunjukkan<br />

bahwa para asura telah bergerak naik, Sakka segera pergi ke<br />

tempat para asura untuk bertempur dengan mereka, namun, ia<br />

kalah dalam serangan balik itu. Ia terbang di sepanjang puncak<br />

demi puncak bagian selatan kedalaman tersebut dengan<br />

menggunakan kereta tempurnya, Vejayantaratha (Kereta Tempur<br />

Kemenangan), yang panjangnya seratus lima puluh yojana.<br />

Tibalah kereta tempurnya yang bergerak secepat kilat itu<br />

di Hutan Pohon Simbali. Di sepanjang lintasan kereta itu, pohonpohon<br />

yang kokoh ini habis terpotong seakan-akan dicabut oleh<br />

sejumlah tangan, dan jatuh ke dalam lubang yang dalam itu. Saat<br />

para garuda muda itu terjatuh ke dalam lubang yang dalam,<br />

mereka menjerit dengan keras. Sakka bertanya kepada Mātali,<br />

penunggang keretanya, “Mātali, suara apakah itu? [203] Suara<br />

tersebut sangat menyayat hati!” “Paduka, itu adalah suara<br />

tangisan burung-burung garuda yang ketakutan, saat pohon yang<br />

mereka huni tumbang karena terjangan keretamu.” Makhluk yang<br />

sangat agung itu kemudian berkata, “Jangan biarkan mereka<br />

mendapat masalah karena saya, Mātali. Jangan karena<br />

keselamatan kerajaan, terjadi pembunuhan. Lebih baik saya,<br />

demi keselamatan mereka, mengorbankan diri kepada para<br />

asura. Putar kembali keretanya.” Setelah mengucapkan katakata<br />

tersebut, ia mengulangi syair berikut ini :<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

Biarkan semua anak burung di hutan ini, Mātali,<br />

selamat dari terjangan kereta tempur kita.<br />

Saya menawarkan, kesediaan untuk menjadi korban,<br />

nyawa saya untuk para asura yang berada di sana;<br />

burung-burung yang malang ini<br />

jangan sampai, karena saya, terlempar dari sarang<br />

mereka yang terkoyak-koyak.<br />

Kata-kata itu membuat Mātali, penunggang kereta<br />

tempur itu, memutar kembali kereta tempur tersebut, dan<br />

menempuh jalan lain kembali ke alam dewa. Saat para asura<br />

melihat ia memutar kereta tempurnya, berseru bahwa Sakka dari<br />

alam lain tentu telah datang; “Pasti ada bala bantuan yang<br />

membuatnya memutar kembali kereta tempurnya.” Merasa<br />

keselamatan nyawa mereka terancam, mereka segera melarikan<br />

diri dan terus berlari tanpa berhenti hingga mereka tiba kembali<br />

di alam asura. Sakka tiba di alam dewanya, berdiri di tengah<br />

kota, dikelilingi oleh rombongan dewa yang tinggal di alam<br />

tersebut, dan juga dewa-dewa dari alam brahma lainnya. Saat<br />

yang sama, sungai di dunia ini memancar tinggi hingga mencapai<br />

‘Istana Kemenangan’ (Vejayanta) di ketinggian beberapa yojana<br />

— disebut demikian karena hal tersebut terjadi di saat-saat<br />

kemenangan. Untuk mencegah para asura kembali lagi, Sakka<br />

menempatkan penjaga di lima tempat, — mengenai apa yang<br />

pernah diucapkannya sebelum ini : —<br />

183<br />

184

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!