22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

yang dimaksud mendengar hal tersebut, ia segera melepaskan<br />

anjing itu. Begitu dilepaskan, anjing itu segera menelusuri jalan<br />

pulang ke kandang gajah kerajaan. Gajah mengambil anjing itu<br />

dengan belalainya dan menempatkan anjing itu di kepalanya<br />

sambil mengucurkan air mata serta tersedu-sedu. Kemudian ia<br />

menurunkan anjing tersebut kembali ke tanah, melihat anjing itu<br />

makan lebih dahulu sebelum ia sendiri juga makan.<br />

“Ia bahkan dapat mengetahui isi pikiran dari seekor<br />

hewan,” kata raja, dan membanjiri Bodhisatta dengan<br />

penghargaan.<br />

____________________<br />

Demikianlah uraian Sang Guru yang menunjukkan<br />

kedekatan kedua sahabat tersebut di kehidupan lampau sama<br />

seperti di kehidupan sekarang ini. Setelah itu Beliau<br />

membabarkan Empat Kebenaran Mulia (Pembabaran Empat<br />

Kebenaran Mulia ini merupakan bagian dari semua Jātaka yang<br />

ada, namun kita hanya menyinggung hal tersebut jika membawa<br />

berkah berupa pencapaian phala). Kemudian Sang Guru<br />

mempertautkan dan menjelaskan tentang kelahiran tersebut<br />

dengan berkata, “Umat awam itu adalah anjing di masa itu, thera<br />

itu adalah gajah kerajaan dan Saya sendiri adalah menteri yang<br />

bijaksana tersebut.” [191]<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

No.28.<br />

NANDIVISĀLA-JĀTAKA<br />

“Hanya mengucapkan kata-kata yang baik,” dan<br />

seterusnya. Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di<br />

Jetawana, mengenai kata-kata tidak enak (kasar) yang<br />

diucapkan oleh keenam bhikkhu 62 . Saat berselisih dengan para<br />

bhikkhu yang terhormat, keenam bhikkhu ini selalu mencela,<br />

memaki dan mencemooh dengan sepuluh jenis kata-kata kasar.<br />

Hal ini disampaikan oleh para bhikkhu kepada Sang Bhagawan.<br />

Beliau kemudian mengundang mereka dan bertanya apakah<br />

tuduhan itu benar adanya. Saat mereka mengakui hal tersebut,<br />

Beliau menegur mereka dengan berkata, “Para Bhikkhu, katakata<br />

kasar bahkan bisa menyakiti hati hewan; di kehidupan yang<br />

lampau, seekor hewan membuat orang yang memakinya<br />

menderita kerugian seribu keping uang.” Setelah mengucapkan<br />

kata-kata tersebut, Beliau menceritakan kisah kelahiran lampau<br />

ini.<br />

____________________<br />

Sekali waktu Takkasilā di Negeri Gandhāra diperintah<br />

oleh seorang raja, Bodhisatta terlahir sebagai seekor sapi jantan.<br />

Saat masih berupa anak sapi, pemiliknya menghadiahkannya<br />

kepada seorang brahmana yang mengunjunginya. — Pada masa<br />

62<br />

Keenam bhikkhu tersebut terkenal atas perbuatan mereka yang melanggar peraturan –<br />

peraturan Vinaya, yang juga dikenal dengan sebutan Chabbaggiyā Bhikkhu. Di dalam<br />

Dictionary of Pali Proper Name, nama-nama Chabbagiyā Bhikkhu tersebut adalah Assaji,<br />

Punabbasu, Paṇḍuka, Lohitaka, Mettiya dan Bhummaja<br />

161<br />

162

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!