Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Suttapiṭaka Jātaka I<br />
yang sama seperti kehidupan yang lampau [253]; karena sikap<br />
itu, engkau tidak mengindahkan nasihat dari ia yang bijaksana<br />
dan baik, akibatnya engkau dipotong menjadi dua bagian dengan<br />
sebilah pedang yang tajam dan dilemparkan di jalan raya; dan<br />
engkau juga merupakan penyebab tunggal akan seribu orang<br />
yang menemui ajal mereka.” Setelah mengucapkan kata-kata<br />
tersebut, Beliau menceritakan kisah kelahiran lampau ini.<br />
____________________<br />
Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,<br />
ada seorang brahmana di sebuah desa yang menguasai sebuah<br />
mantra, ia bernama Vedabbha. Mantra ini, dikatakan mereka,<br />
lebih berharga melebihi semua barang bernilai lainnya. Jika saat<br />
planet-planet berada pada posisi yang sejajar, ada yang mengucapkan<br />
mantra ini sambil menatap jauh ke langit, secara langsung<br />
akan timbul hujan dari langit berupa tujuh jenis batu<br />
berharga.<br />
Pada masa itu, Bodhisatta adalah siswa dari brahmana<br />
ini; Suatu hari, gurunya meninggalkan desa itu untuk mengurus<br />
beberapa keperluan. Ia pergi ke Negeri Ceti bersama Bodhisatta.<br />
Sementara itu, di sebuah hutan, terdapat lima ratus<br />
orang perampok – dikenal dengan sebutan “Pengutus” – yang<br />
membuat perjalanan itu tidak mungkin dilakukan. Mereka<br />
menangkap Bodhisatta dan Brahmana Vedabbha. (Anda<br />
bertanya-tanya, mengapa mereka disebut sebagai Pengutus? –<br />
Baiklah, menurut cerita, setiap dua tahanan yang mereka<br />
dapatkan, mereka selalu mengutus satu untuk menjemput uang<br />
tebusan; itulah sebabnya mengapa mereka disebut sebagai<br />
Pengutus. Jika mereka menangkap seorang ayah dan anak<br />
Suttapiṭaka Jātaka I<br />
lelakinya, mereka akan meminta ayahnya untuk pergi mengambil<br />
uang tebusan untuk membebaskan anaknya; jika yang tertangkap<br />
adalah Ibu dan anak perempuannya, mereka akan mengirim<br />
ibunya untuk mencari uang tebusan. Jika yang tertangkap adalah<br />
dua orang bersaudara, mereka akan membiarkan saudara tua<br />
untuk pergi; demikian juga jika yang tertangkap adalah guru dan<br />
murid, yang mereka bebaskan adalah muridnya. Dalam kasus ini,<br />
mereka menahan Brahmana Vedabbha dan mengirim Bodhisatta<br />
untuk mencari uang tebusan.) Bodhisatta berkata sambil<br />
membungkukkan badannya memberi hormat pada gurunya,<br />
“Saya pasti akan kembali dalam satu hingga dua hari. Jangan<br />
khawatir; Hanya saja jangan lupa akan apa yang saya katakan.<br />
Hari ini, planet-planet akan bergerak bersama, sehingga dapat<br />
membawa hujan batu berharga. Berhati-hatilah jangan sampai<br />
Anda membacakan mantra itu dan memanggil hujan barangbarang<br />
berharga. Jika hal tersebut terjadi, malapetaka akan<br />
menimpa Anda dan kelompok penjahat ini.” Dengan peringatan<br />
seperti ini pada gurunya, Bodhisatta pergi untuk mencari uang<br />
tebusan.<br />
Saat matahari terbenam, perampok-perampok itu mengikat<br />
brahmana itu dan membaringkannya di dekat mereka. Pada<br />
saat itu juga, purnama muncul di langit bagian timur. Brahmana<br />
yang mempelajari tentang langit, mengetahui – [254] bahwa<br />
pergerakan bersama planet-planet itu sedang terjadi. “Mengapa,”<br />
pikirnya, “saya harus mengalami penderitaan ini? Dengan membacakan<br />
mantra itu, saya akan memanggil hujan batu berharga,<br />
membayar tebusan pada perampok-perampok ini, dan bebas<br />
untuk pergi.” Maka ia memanggil penjahat-penjahat itu, “Teman-<br />
279<br />
280