22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

lampau.” Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, Beliau<br />

menceritakan kisah kelahiran lampau ini.<br />

____________________<br />

Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,<br />

di antara orang yang melayaninya terdapat seorang brahmana<br />

yang terkenal akan kemampuannya untuk mengatakan apakah<br />

sebilah pedang membawa keberuntungan atau tidak. Dan semua<br />

kejadian berlangsung sama seperti pada cerita pembuka. Raja<br />

memanggil ahli bedah untuk mencocokkan sebuah ujung hidung<br />

palsu padanya, yang diwarnai dengan penuh ketrampilan<br />

menyerupai hidung yang asli; kemudian brahmana tersebut<br />

melanjutkan tugasnya di istana. Brahmadatta tidak mempunyai<br />

putra, hanya seorang putri dan seorang keponakan, yang berada<br />

di bawah pengawasannya sendiri. Setelah dewasa, mereka<br />

saling jatuh cinta. Maka raja meminta para anggota dewan untuk<br />

datang dan berkata kepada mereka, “Keponakan saya adalah<br />

ahli waris saya. Jika saya menjadikan putri saya sebagai istrinya,<br />

ia akan dinobatkan menjadi raja.”<br />

[456] Namun, setelah mempertimbangkannya kembali, ia<br />

memutuskan bahwa dalam segala hal keponakannya seperti<br />

putranya sendiri, lebih baik ia menikah dengan putri dari negeri<br />

lain, dan memberikan putrinya pada pangeran dari kerajaan lain,<br />

karena, pikirnya, rencana ini akan memberikan lebih banyak cucu<br />

padanya, dan juga memberinya tongkat kekuasaan atas dua<br />

kerajaan yang berbeda. Setelah berunding dengan anggota<br />

dewannya, ia memutuskan untuk memisahkan mereka berdua,<br />

karenanya, mereka berdua dibuat hidup terpisah. Mereka berusia<br />

enam belas tahun dan sedang jatuh cinta secara mendalam,<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

pangeran muda itu tidak memikirkan hal lain selain bagaimana<br />

cara membawa pergi putri tersebut dari kerajaan ayahnya.<br />

Akhirnya sebuah rencana terpikirkan olehnya, ia meminta<br />

seorang wanita yang bijak untuk datang dan memberikan<br />

sekantung uang pada wanita tersebut.<br />

“Untuk apa uang ini?” tanyanya.<br />

Ia memberitahukan hasrat hatinya, dan memohon wanita<br />

itu untuk membawanya pada putri yang sangat ia cintai.<br />

Wanita itu menjanjikan keberhasilan padanya, dan<br />

berkata ia akan memberitahu raja bahwa putrinya berada di<br />

bawah pengaruh sihir, namun karena sesosok makhluk telah<br />

merasukinya cukup lama, raja akan melengahkan penjagaannya,<br />

dan ia akan membawa putri itu pada suatu hari dengan<br />

menggunakan sebuah kereta menuju pemakaman dengan<br />

kawalan yang ketat, dan di sana, dalam sebuah lingkaran sihir, ia<br />

akan membaringkan putri tersebut di sebuah tempat tidur dengan<br />

mayat seorang lelaki di bawah tempat tidur, dan dengan seratus<br />

delapan semprotan air wewangian untuk membersihkan<br />

tubuhnya. “Dan saat dengan dalih ini saya membawa putri ke<br />

pemakaman,” lanjut wanita bijak ini, “ingatlah untuk tiba di<br />

pemakaman sebelum kami tiba, dengan keretamu bersama<br />

pengawal yang bersenjata dan bawalah bubuk merica<br />

bersamamu. Tiba di pemakaman, tinggalkan keretamu di jalan<br />

masuk, dan kirim orang-orangmu ke tanah pemakaman<br />

sementara engkau sendiri pergi ke puncak bukit dan berbaring<br />

seakan telah mati. Kemudian saya akan datang dan<br />

mempersiapkan sebuah tempat tidur di atas dirimu, tempat<br />

dimana saya membaringkan putri. Akan tiba saat bagimu untuk<br />

641<br />

642

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!