22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

tersebut kemudian melemparkan gagak, keranjang dan<br />

semuanya ke dalam tumpukan sampah.<br />

____________________<br />

Sang Guru berkata, “Engkau serakah, Bhikkhu, di<br />

kehidupan yang lampau, sama seperti saat ini; Karena<br />

keserakahanmu, ia yang bijaksana dan penuh kebaikan di masa<br />

itu kehilangan tempat tinggalnya.” Setelah menyelesaikan uraian-<br />

Nya, Sang Guru membabarkan Empat Kebenaran Mulia. Di akhir<br />

khotbah, bhikkhu tersebut mencapai tingkat kesucian Anāgāmi.<br />

Sang Guru kemudian mempertautkan dan menjelaskan tentang<br />

kelahiran itu sebagai berikut:—“Bhikkhu yang serakah ini adalah<br />

burung gagak itu dan Saya sendiri adalah burung dara.”<br />

No.43.<br />

VELUKA-JĀTAKA<br />

“Orang keras kepala,” dan seterusnya. Kisah ini<br />

diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetawana, mengenai<br />

seorang bhikkhu yang keras kepala. Saat Sang Bhagawan<br />

bertanya benarkah ia keras kepala seperti apa yang dilaporkan,<br />

ia mengakui hal tersebut. “Bhikkhu,” kata Sang Guru, “ini bukan<br />

pertama kalinya engkau begitu keras kepala; engkau juga keras<br />

kepala di kehidupan yang lampau, [245] dan, kekeraskepalaanmu<br />

membuat engkau menolak mengikuti nasihat dari ia<br />

yang bijaksana dan penuh kebaikan, mengakibatkan engkau<br />

263<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

menemui ajal karena gigitan ular.” Setelah mengucapkan katakata<br />

tersebut, Beliau menceritakan kisah kelahiran lampau ini.<br />

____________________<br />

Sekali waktu Brahmadatta memerintah di Benares,<br />

Bodhisatta terlahir dalam sebuah keluarga kaya di Kerajaan Kāsi.<br />

Saat ia mampu bersikap bijaksana, ia melihat bagaimana<br />

kesenangan indriawi melahirkan penderitaan dan bagaimana<br />

kebahagiaan sejati timbul setelah kesenangan indriawi<br />

dimusnahkan. Maka ia melepaskan kesenangan indriawi dalam<br />

dirinya dan pergi ke Himalaya untuk menjadi petapa. Ia<br />

melakukan meditasi pendahuluan kasiṇa 97 , kemudian<br />

memperoleh lima kemampuan batin luar biasa dan delapan<br />

pencapaian. Ia hidup dalam kebahagiaan jhana. Setelah<br />

beberapa waktu, ia telah memiliki lima ratus orang petapa<br />

sebagai pengikut; ia merupakan guru bagi mereka.<br />

Suatu hari, seekor ular beracun yang masih kecil<br />

menjelajahi tempat tersebut sebagaimana kebiasaan ular,<br />

sampai di gubuk dari salah seorang petapa. Bhikkhu itu<br />

kemudian memeliharanya karena merasa tertarik pada hewan<br />

tersebut, seakan ular itu adalah anaknya sendiri. Ia<br />

menempatkan ular itu di dalam sangkar bambu dan memperlakukannya<br />

dengan baik. Karena tinggal di sangkar bambu, ular<br />

itu dikenal sebagai “Bambu”. Dan karena petapa itu sangat<br />

menyayangi ular itu seakan anaknya sendiri, mereka<br />

menyebutnya sebagai “Ayah Bambu”.<br />

97<br />

Kasiṇa adalah salah satu kelompok objek meditasi samatha, hasil yang dicapai adalah<br />

jhāna.<br />

264

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!