22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

beberapa hari ia memberinya makanan pilihan untuk memulihkan<br />

organ dalam Bodhisatta.<br />

“Kemanakah engkau akan pergi sekarang?” tanya<br />

perampok itu akhirnya.<br />

“Keduniawian,” jawab guru tersebut, “tidak memberikan<br />

kesenangan padaku lagi. Saya akan kembali menjadi seorang<br />

petapa dan menetap di lingkungan saya sebelumnya di dalam<br />

hutan.”<br />

“Saya juga akan menjadi petapa,” seru perampok itu.<br />

Maka mereka berdua bersama-sama menjadi petapa dan<br />

menetap di tempat pertapaan di hutan, tempat dimana mereka<br />

memperoleh kemampuan batin luar biasa dan pencapaian<br />

(meditasi), dan membuat mereka memenuhi syarat terlahir<br />

kembali di alam brahma setelah meninggal dunia.<br />

___________________<br />

Setelah menceritakan kedua kisah ini, Sang Guru<br />

mempertautkan, dan membacakan, sebagai seorang Buddha,<br />

syair berikut ini : —<br />

Wanita dipenuhi oleh kemarahan, tukang fitnah dan tidak<br />

tahu berterima kasih,<br />

penabur bibit pertikaian dan menimbulkan percekcokan!<br />

Lalu, Bhikkhu, tempuhlah jalan kesucian<br />

Di sanalah kebahagiaan tidak akan gagal engkau<br />

temukan.<br />

[299] Setelah uraian tersebut berakhir, Sang Guru<br />

membabarkan Dhamma, pada akhir khotbah bhikkhu yang<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

merasa gelisah karena nafsu indriawinya itu mencapai phala<br />

tingkat kesucian Sotāpanna. Sang Guru juga menjelaskan<br />

tentang kelahiran tersebut dengan berkata, “Ānanda adalah<br />

kepala perampok di masa itu, dan Saya sendiri adalah Pendeta<br />

Takka.”<br />

No.64.<br />

DURĀJĀNA-JĀTAKA<br />

“Anda berpikir,” dan seterusnya. Kisah ini diceritakan<br />

oleh Sang Guru ketika berada di Jetawana, mengenai seorang<br />

upasaka (upāsaka, umat awam pria). Menurut kisah yang<br />

disampaikan secara turun-temurun, ada seorang upasaka yang<br />

tinggal di Sawatthi, yang berlindung kepada Ti Ratana (Tiga<br />

Mestika, yang terdiri dari Buddha, Dhamma, dan Sanggha) dan<br />

(teguh menjalankan) lima latihan moralitas; ia adalah pengagum<br />

Buddha, Dhamma, dan Sanggha yang sangat taat, tetapi istrinya<br />

adalah seorang wanita yang bejat dan jahat. Bila telah berbuat<br />

salah, ia menjadi penurut seperti seorang budak wanita yang<br />

dibeli dengan seratus keping uang; sementara bila tidak berbuat<br />

salah, ia bertingkah seperti seorang nyonya besar, penuh nafsu<br />

jahat dan kejam. Suaminya tidak bisa menyadarkannya. Ia begitu<br />

mengkhawatirkan istrinya sehingga tidak pergi mengunjungi<br />

Buddha Yang Mahamulia.<br />

359<br />

360

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!