22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

yang asli. Si kikir Illisa berkata, “Siapakah, dan apakah<br />

Bendahara ini, Maharaja? Sayalah Bendahara yang asli.”<br />

“Oh, saya benar-benar tidak bisa mengatakan mana<br />

yang merupakan Illisa yang asli,” kata raja. “Apakah ada orang<br />

yang bisa membedakan mereka berdua tanpa keraguan?” “Ya,<br />

Maharaja, istri saya.” Maka istrinya dipanggil dan ditanya<br />

manakah dari kedua orang itu yang merupakan suaminya. Ia<br />

berkata bahwa Sakka adalah suaminya, dan berdiri di sisinya.<br />

[353] Kemudian giliran anak-anak Illisa dan para pelayan dibawa<br />

masuk, dan diberi pertanyaan yang sama; semua dengan suara<br />

bulat mengatakan bahwa Sakka adalah Tuan Bendahara Besar<br />

yang asli. Saat itu, terlintas dalam pikiran Illisa bahwa ia<br />

mempunyai sebuah kutil di kepalanya, tersembunyi di antara<br />

rambutnya, yang keberadaannya hanya diketahui oleh tukang<br />

cukurnya. Maka, sebagai sumber terakhir, ia meminta agar<br />

tukang cukur itu dipanggil untuk mengenali dirinya. Saat itu,<br />

Bodhisatta terlahir sebagai tukang cukurnya. Sesuai dengan<br />

permintaannya, tukang cukur itu dipanggil dan ditanya apakah ia<br />

bisa membedakan Illisa asli dari yang palsu. “Bisa saya katakan,<br />

Maharaja,” katanya, “jika saya boleh memeriksa kepala mereka.”<br />

“Kalau begitu, periksalah kepala mereka berdua,” kata raja.<br />

Seketika itu juga Sakka membuat sebuah kutil tumbuh di<br />

kepalanya. Setelah memeriksa kepala mereka berdua,<br />

Bodhisatta melaporkan bahwa kedua orang itu sama-sama<br />

mempunyai kutil di kepala mereka, walaupun mempertaruhkan<br />

nyawanya, ia tidak bisa menentukan mana Illisa yang asli.<br />

Bersamaan itu, ia mengucapkan syair berikut ini : —<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

Keduanya juling, keduanya pincang; keduanya juga<br />

Bungkuk; dan keduanya sama-sama memiliki kutil. Saya<br />

Tidak bisa mengatakan yang mana dari mereka<br />

Berdua, adalah Illisa yang asli.<br />

Melihat orang yang menjadi harapan terakhirnya juga<br />

gagal mengenalinya, Tuan Bendahara Besar itu menggigil<br />

ketakutan; seperti itulah penderitaan hebat yang melandanya<br />

karena kehilangan semua kekayaan yang ia cintai, akhirnya ia<br />

jatuh pingsan. Setelah itu, dengan kekuatan gaibnya, Sakka<br />

melayang di udara, menyapa raja dengan kata-kata berikut ini,<br />

“Saya bukanlah Illisa, wahai Raja, melainkan Sakka.” Orangorang<br />

yang berada di sekitar tempat itu menyeka muka Illisa dan<br />

memercikkan air kepadanya. Setelah sadar, ia bangkit dan<br />

bersujud di hadapan Sakka, raja para dewa. Sakka kemudian<br />

berkata, “Illisa, kekayaan tersebut adalah milikku, bukan milikmu.<br />

Saya adalah ayahmu, dan engkau adalah anakku. Semasa<br />

hidupku, saya sangat murah hati terhadap orang-orang miskin<br />

dan senang dalam melakukan kebaikan; karenanya, saya terlahir<br />

kembali di alam yang tinggi ini, dan menjadi Sakka. Namun<br />

engkau, tidak mengikuti langkahku, engkau kikir dan pelit,<br />

engkau membakar tempat penyaluran derma yang saya dirikan,<br />

mengusir orang-orang miskin dari gerbang, dan menimbum<br />

kekayaanmu. Engkau tidak menikmatinya untuk dirimu sendiri,<br />

tidak juga untuk makhluk hidup yang lain; [354] simpanan yang<br />

engkau miliki seperti sebuah kolam yang dijaga oleh siluman,<br />

dan tidak seorang pun yang bisa memuaskan rasa haus mereka.<br />

Walaupun demikian, jika engkau mau membangun kembali<br />

467<br />

468

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!