22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

terkenal, sama seperti cerita sebelumnya. Dan seorang<br />

muridnya, mendapati istrinya tidak setia, sangat terpengaruh oleh<br />

kejadian tersebut, sehingga ia tidak berkunjung selama beberapa<br />

hari. Suatu hari, saat ditanya oleh gurunya apa yang menjadi<br />

alasan ketidakhadirannya, ia mengakuinya. Gurunya berkata,<br />

“Anakku, sangat sulit mempertahankan wanita sebagai milik:<br />

mereka bersikap sama kepada semua pada umumnya. [302]<br />

Oleh sebab itu, orang bijaksana yang mengetahui kelemahan<br />

moral wanita, tidak timbul keinginan untuk marah terhadap<br />

mereka.” Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, beliau<br />

mengulangi syair ini untuk peneguhan batin siswanya: —<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

Demikian juga dengan istri upasaka itu, saat mendengar<br />

bahwa Sang Guru telah mengetahui kelakuannya, sejak saat itu<br />

juga, ia meninggalkan kelakuannya yang buruk.<br />

Setelah uraiannya berakhir, Sang Guru membabarkan<br />

Dhamma; dan pada akhir khotbah, upasaka itu memenangkan<br />

buah kesucian pertama (Sotāpatti-phala). Kemudian Sang Guru<br />

mempertautkan dan menjelaskan tentang kelahiran tersebut,<br />

“Suami istri ini juga adalah suami istri pada kehidupan lampau,<br />

dan saya sendiri adalah guru brahmana tersebut.”<br />

Seperti jalan raya, sungai, halaman, penginapan,<br />

Atau kedai minuman, yang kepada semua memberikan<br />

Yang sama satu keramahtamahan yang umum, —<br />

Adalah sifat wanita pada umumnya; dan orang bijaksana<br />

Tidak pernah merendahkan diri untuk marah terhadap<br />

Kelemahan moral wanita.<br />

Demikianlah petunjuk yang disampaikan Bodhisatta<br />

kepada siswanya, yang sejak saat itu bersikap biasa saja<br />

terhadap apa yang dilakukan wanita itu. Sementara itu, istrinya<br />

berubah sikap begitu mendengar bahwa guru tersebut telah<br />

mengetahui kelakuannya. Sejak saat itu juga, ia meninggalkan<br />

kelakuannya yang buruk.<br />

____________________<br />

No.66.<br />

MUDULAKKHAṆA-JĀTAKA<br />

“Sampai Hati Lembut menjadi milikku,” dan seterusnya.<br />

Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetawana,<br />

mengenai bahaya nafsu. Menurut kisah yang disampaikan<br />

secara turun-temurun; ada seorang pemuda dari Sawatthi, [303]<br />

saat mendengar Dhamma yang dibabarkan oleh Sang Guru, ia<br />

menjadi sangat kagum pada ajaran dari Ti-Ratana. Setelah<br />

meninggalkan keduniawian untuk menjalani kehidupan tidak<br />

berumah tangga sebagai seorang bhikkhu, ia tekun berjalan di<br />

jalan kesucian (ariyamagga), berlatih meditasi, dan tidak pernah<br />

kendor dalam perenungannya terhadap objek utama yang telah<br />

dipilih untuk direnungkan. Suatu hari, saat sedang berkeliling<br />

untuk berpindapata melalui Sawatthi, ia melihat dari kejauhan<br />

365<br />

366

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!