22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

Raja mempunyai seorang putra yang kasar dan<br />

emosional, ia dikenal sebagai “Pangeran Jahat”, yang tidak bisa<br />

dikendalikan baik oleh ayah maupun para kerabatnya. Para<br />

anggota istana, para brahmana dan para penduduk, semua<br />

memberitahukan tentang kesalahan tindak tanduknya, namun<br />

semuanya sia-sia saja. Ia tidak memedulikan nasihat-nasihat<br />

mereka. Dan raja merasa bahwa harapan satu-satunya untuk<br />

mendapatkan kembali putranya adalah melalui petapa yang<br />

penuh kebaikan itu. Maka sebagai kesempatan terakhir, [507] ia<br />

membawa pangeran tersebut dan menyerahkannya untuk diurusi<br />

oleh Bodhisatta. Bodhisatta berjalan bersama pangeran tersebut<br />

di taman kerajaan hingga mereka tiba di sebuah tempat dimana<br />

tunas pohon nimba 229 sedang tumbuh, yang terlihat hanyalah dua<br />

helai daun, satu pada suatu sisi, dan satu lagi di sisi lainnya.<br />

“Cobalah sehelai daun pohon kecil ini, Pangeran,” kata<br />

Bodhisatta, “dan lihat seperti apa rasanya.”<br />

Anak muda itu melakukan hal tersebut; namun tidak<br />

mungkin menempatkan daun itu dalam mulutnya, saat ia<br />

meludahkannya keluar dengan sebuah umpatan, ia<br />

mengeluarkannya dan meludah lagi untuk menghilangkan rasa<br />

itu dari mulutnya.<br />

“Ada apa, Pangeran?” tanya Bodhisatta.<br />

“Bhante, saat ini, pohon ini hanya menimbulkan kesan<br />

sebagai pohon beracun; namun jika dibiarkan tumbuh, akan<br />

menjamin kematian bagi banyak orang,” kata pangeran tersebut,<br />

kemudian mencabut dan menghancurkan pohon kecil yang<br />

229<br />

Azadirachta indica.<br />

727<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

sedang tumbuh itu di tangannya, sambil mengucapkan syair<br />

berikut ini : —<br />

Jika racun tersembunyi dalam pohon kecil ini,<br />

apa lagi yang akan ditunjukkan oleh pohon yang telah<br />

tumbuh besar?<br />

Kemudian Bodhisatta berkata, “Pangeran, takut tunas<br />

beracun ini akan tumbuh besar engkau mencabut dan<br />

menghancurkannya. Seperti apa yang engkau lakukan pada<br />

pohon itu, penduduk kerajaan ini, yang takut atas apa yang akan<br />

dilakukan oleh seorang pangeran yang kasar dan emosional jika<br />

ia menjadi raja, tidak akan menempatkanmu di takhta, melainkan<br />

mencabutmu seperti pohon nimba ini dan mengusirmu ke tempat<br />

pengasingan. Karena itu, ambillah pelajaran dari pohon ini dan<br />

sejak hari ini, tunjukkan kemurahan hati dan rasa cinta pada<br />

kebaikan yang berlimpah.”<br />

Sejak saat itu suasana hati pengeran berubah. Ia<br />

menjadi rendah hati dan penuh kelembutan, serta murah hati<br />

dan berlimpah dalam kebaikan. Mematuhi nasihat Bodhisatta,<br />

[508] setelah ayahnya meninggal dunia ia dinobatkan menjadi<br />

raja. Ia selalu melakukan amal dan perbuatan baik lainnya, dan<br />

akhirnya meninggal dunia untuk terlahir kembali ke alam yang<br />

sesuai dengan hasil perbuatannya.<br />

____________________<br />

Setelah uraian-Nya berakhir, Sang Guru berkata,<br />

“Demikian, para Bhikkhu, ini bukan pertama kalinya saya<br />

menjinakkan pangeran yang jahat; saya juga melakukan hal yang<br />

728

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!