22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

memindahkan ikan-ikan itu ke dalam kolam. Akan tetapi, jika ia<br />

benar-benar membawa saya ke sana, itu adalah<br />

keberuntunganku. Jika ia tidak melakukannya, — yah, saya akan<br />

menggigit kepalanya hingga putus dan membunuhnya.” Ia<br />

berkata seperti ini kepada bangau tersebut, “Kamu tidak akan<br />

bisa memegangku dengan erat, Teman, karena kami, bangsa<br />

kepiting, dikaruniai dengan cangkang yang kerasnya sangat<br />

mencengangkan. [223] Jika saya bisa memegang lehermu<br />

dengan capit saya, saya bisa memegangmu dengan erat dan<br />

bisa pergi bersamamu.”<br />

Tidak menduga kalau kepiting itu akan menjebaknya,<br />

bangau menyetujui hal itu. Dengan capitnya, kepiting itu menjepit<br />

leher bangau seperti jepitan seorang tukang besi, dan berkata,<br />

“Sekarang, kamu bisa mulai terbang!” Bangau itu membawanya<br />

dan menunjukkan kolam itu awalnya, namun kemudian ia<br />

hinggap di sebuah pohon.<br />

“Kolam itu berada di arah itu, Paman,” kata kepiting,<br />

“engkau membawaku ke arah yang lain.” “Saya benar-benar<br />

adalah pamanmu!” jawab bangau, “dan kamu benar-benar<br />

keponakanku! Kamu mengira saya adalah budak yang harus<br />

mengangkat dan membawamu? Lihatlah tumpukan tulang-tulang<br />

di kaki pohon ini; seperti semua ikan yang telah saya makan,<br />

saya akan memakanmu juga.” Kepiting berkata, “Karena kebodohan<br />

mereka sendiri mereka dimakan olehmu, namun saya<br />

tidak akan memberikan kesempatan itu kepadamu. Tidak, yang<br />

akan saya lakukan adalah membunuhmu. Dan kamu, cukup<br />

bodoh dengan tidak melihat bahwa saya sedang menipumu. Jika<br />

harus mati, kita akan mati bersama. Saya akan membuat<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

kepalamu putus.” Setelah mengucapkan kata-kata itu, ia menjepit<br />

leher burung bangau itu dengan capitnya yang seperti penjepit.<br />

Dengan mulut terbuka lebar, dan air mata yang bercucuran dari<br />

matanya, bangau yang nyawanya terancam itu berkata, “Tuanku,<br />

saya tidak akan memakanmu! Lepaskanlah saya!”<br />

“Baiklah, turunkan saya ke kolam itu,” kata kepiting.<br />

Bangau itu berputar dan turun ke kolam seperti yang<br />

diperintahkan, menempatkan kepiting itu di atas lumut di pinggir<br />

kolam. Namun sebelum turun, kepiting itu menjepit kepala<br />

bangau tersebut hingga putus, dengan gerakan setangkas saat<br />

kita memotong tangkai bunga teratai menggunakan pisau.<br />

Dewa pohon yang menetap di pohon itu, melihat<br />

kejadian yang menarik tersebut, membuat seisi hutan dipenuhi<br />

suara tepuk tangan, melalui pengulangan syair ini dengan<br />

suaranya yang merdu :<br />

Tipu muslihat tidak akan membawa keuntungan bagimu,<br />

Orang yang penuh tipuan.<br />

Lihatlah apa yang diperoleh bangau yang penuh muslihat<br />

itu dari kepiting.<br />

____________________<br />

[224] “Para Bhikkhu,” kata Sang Guru, “ini bukan<br />

pertama kalinya orang ini diperdayai oleh pembuat jubah dari<br />

desa itu; di kehidupan yang lampau ia juga diperdayai dengan<br />

cara yang sama.” Setelah uraiannya berakhir, Beliau<br />

mempertautkan dan menjelaskan tentang kelahiran tersebut<br />

dengan berkata, “Pembuat jubah dari Jetawana itu adalah<br />

221<br />

222

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!