Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Suttapiṭaka Jātaka I<br />
Jetawana, mengenai seorang wanita di Sawatthi. Dikatakan ia<br />
adalah seorang istri yang jahat dari seorang brahmana yang baik<br />
hati dan suci, merupakan seorang umat awam. Waktu malamnya<br />
dihabiskan untuk berkeluyuran; sementara siang harinya ia tidak<br />
pernah bekerja, namun berpura-pura sakit dan berbaring sambil<br />
mengomel.<br />
“Ada apa denganmu, Istriku?” tanya suaminya.<br />
“Angin mengganggu saya.”<br />
“Apa yang bisa saya ambilkan untukmu?”<br />
“Manisan, makanan yang lezat dan kaya rasa, bubur<br />
nasi, nasi yang panas, minyak dan sebagainya.”<br />
Suami yang penurut itu akan melakukan apa yang ia<br />
inginkan, dan bekerja keras seperti seorang pelayan baginya. Ia<br />
tetap berada di tempat tidur saat suaminya berada di rumah;<br />
namun begitu pintu ditutup oleh suaminya, ia segera berada<br />
dalam pelukan kekasih gelapnya.<br />
“Istri saya yang malang, tidak terlihat lebih baik karena<br />
pengaruh angin,” pikir brahmana tersebut pada akhirnya, dan<br />
pergi untuk mempersembahkan wewangian, bunga dan<br />
sejenisnya kepada Sang Guru di Jetawana. Setelah memberi<br />
penghormatan, ia berdiri di hadapan Sang Bhagawan, yang<br />
bertanya kepadanya mengapa ia tidak terlihat untuk waktu yang<br />
begitu lama. “Bhante,” katanya, “istri saya mengatakan ia<br />
terganggu oleh angin, dan saya bekerja keras untuk menjaga<br />
agar ia mendapatkan makanan yang dipikirkannya. Sekarang ia<br />
gemuk dan rona kulitnya telah jelas, namun angin masih tetap<br />
mengganggunya. Karena mengurusinya, saya tidak mempunyai<br />
waktu untuk datang kemari, Bhante.”<br />
Suttapiṭaka Jātaka I<br />
Sang Guru yang mengetahui kejahatan istrinya berkata,<br />
“Ah, Brahmana, mereka yang bijaksana dan penuh kebaikan<br />
telah mengajarimu bagaimana mengobati penderitaan wanita<br />
seperti yang dialami istrimu dari penyakit yang begitu<br />
membandel. Namun kelahiran kembali telah mengacaukan<br />
pikiranmu sehingga engkau telah lupa.” Setelah mengucapkan<br />
kata-kata itu, Beliau menceritakan kisah kelahiran lampau ini.<br />
____________________<br />
Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,<br />
Bodhisatta terlahir kembali sebagai seorang brahmana dalam<br />
sebuah keluarga yang sangat terhormat. Setelah menyelesaikan<br />
pendidikannya di Takkasilā, ia menjadi seorang guru yang sangat<br />
terkenal di Benares. Yang berguru kepadanya adalah kumpulan<br />
siswa yang terdiri dari bangsawan dan brahmana muda dari<br />
semua keluarga bangsawan dan orang kaya. Seorang brahmana<br />
muda dari desa telah mempelajari Tiga Weda dan Delapan Belas<br />
Pengetahuan alam dari Bodhisatta. Ia menetap di Benares untuk<br />
menjaga tanah miliknya; datang dua hingga tiga kali sehari untuk<br />
mendengarkan ajaran Bodhisatta. [464] Dan brahmana muda ini<br />
mempunyai seorang istri yang buruk, seorang wanita yang jahat.<br />
Dan semuanya terjadi seperti dalam cerita sebelumnya. Ketika<br />
brahmana tersebut menjelaskan mengapa ia tidak bisa datang<br />
untuk mendengarkan ajaran gurunya, Bodhisatta, yang<br />
mengetahui bahwa istri brahmana tersebut hanya berpura-pura<br />
sakit, berpikir, “Saya akan memberitahunya obat apa yang bisa<br />
mengobati makhluk ini.” Maka ia berkata pada brahmana<br />
tersebut, “Jangan berikan makanan pilihan lagi, Anakku, namun<br />
kumpulkan air seni sapi dan di sana, celupkan lima macam buah-<br />
653<br />
654