Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Suttapiṭaka Jātaka I<br />
Guru, “Bhante, persediaan kue-kue itu tetap tidak berkurang.”<br />
“Kalau begitu, buanglah kue-kue itu dekat gerbang utama<br />
wihara.”<br />
Maka mereka membuang kue-kue itu ke dalam gua yang<br />
berada tidak jauh dari pintu gerbang; dan hari itu, sebuah tempat<br />
yang disebut “Kue Belanga” terlihat di ujung gua tersebut.<br />
Tuan Bendahara Besar dan istrinya menghampiri dan<br />
berdiri di hadapan Bhagawan, yang membalas kemurahan hati<br />
mereka dengan ucapan terima kasih; dan pada akhir ucapan<br />
terima kasih tersebut, pasangan itu mencapai Buah Kesucian<br />
Pertama (Sotāpanna). Setelah pamit pada Sang Guru, mereka<br />
berdua menaiki tangga di gerbang utama dan menemukan<br />
mereka telah kembali ke rumah mereka. [349] Sejak itu, Tuan<br />
Bendahara Besar itu banyak memberikan derma dari<br />
kekayaannya yang berjumlah delapan ratus juta hanya pada<br />
ajaran Buddha Yang Mahamulia.<br />
Keesokan harinya, ketika Buddha Yang Mahasempurna<br />
kembali ke Jetawana setelah berpindapata di Sawatthi,<br />
membabarkan Dhamma kepada para bhikkhu sebelum<br />
beristirahat di Gandhakutinya yang harum. Pada waktu sore,<br />
para bhikkhu berkumpul bersama di Balai Kebenaran, dan<br />
berseru, “Betapa hebatnya kekuatan Moggallana Thera. Dalam<br />
sekejab ia berhasil meyakinkan seseorang yang begitu pelit<br />
menjadi murah hati, membawanya bersama kue-kue itu ke<br />
Jetawana, membawanya ke hadapan Sang Guru, dan<br />
memantapkannya dalam kesucian. Betapa mengagumkan<br />
kekuatan Thera tersebut.” Saat mereka duduk membicarakan<br />
kebaikan Thera tersebut, Sang Guru masuk ke Balai Kebenaran,<br />
459<br />
Suttapiṭaka Jātaka I<br />
setelah meminta keterangan, mereka menjelaskan tentang topik<br />
pembicaraan mereka. “Para Bhikkhu,” kata beliau, “seorang<br />
bhikkhu yang akan meyakinkan seorang perumah tangga,<br />
seyogianya menghampiri perumah tangga tersebut tanpa<br />
membuatnya merasa terganggu atau jengkel,—seperti lebah<br />
yang mengisap sari bunga; dengan cara itulah seyogianya ia<br />
menghampiri mereka untuk memberitahukan kemuliaan Buddha.”<br />
Untuk memuji Moggallana Thera, beliau membacakan syair<br />
berikut ini : —<br />
Bagaikan seekor lebah, yang tidak merusak wangi<br />
Maupun warna bunga; tetapi, setelah mengisap<br />
Madunya, lalu terbang. Demikianlah, seyogianya<br />
Seorang bhikkhu, yang mengembara dari satu dusun ke<br />
Dusun lainnya saat mengumpulkan derma. 159<br />
Lalu, untuk melanjutkan tentang kebaikan thera tersebut,<br />
beliau berkata, “Ini bukan pertama kalinya, para Bhikkhu,<br />
Bendahara yang kikir itu diyakinkan oleh Moggallana. Pada masa<br />
sebelumnya, Thera tersebut juga meyakinkannya dan<br />
mengajarkan bagaimana perbuatan dan hasil perbuatan saling<br />
berhubungan satu sama lain.” Setelah mengucapkan kata-kata<br />
tersebut, beliau menceritakan kisah kelahiran lampau ini.<br />
____________________<br />
159<br />
Ini adalah syair 49 dari Dhammapada.<br />
460