22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

ia meninggalkan tempat itu untuk terlahir kembali di alam yang<br />

sesuai dengan hasil perbuatannya.<br />

___________________<br />

Setelah uraian-Nya berakhir, Sang Guru menjelaskan<br />

tentang kelahiran tersebut dengan berkata, “Bhikkhu yang sulit<br />

dinasihati itu adalah Mittavindaka dan Saya adalah makhluk<br />

dewa tersebut.”<br />

No.105.<br />

DUBBALAKAṬṬHA-JĀTAKA<br />

“Takutkah engkau pada angin,” dan seterusnya. Kisah ini<br />

diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetawana, mengenai<br />

seorang bhikkhu yang tinggal dalam keadaan gelisah secara<br />

terus menerus. Dikatakan bahwa ia berasal dari keluarga<br />

terpandang di Sawatthi, dan ia meninggalkan keduniawian<br />

setelah mendengarkan pembabaran Dhamma, ia selalu merasa<br />

gelisah akan hidupnya, baik siang maupun malam. Bunyi desiran<br />

angin, desauan kipas, atau suara burung maupun hewan buas<br />

akan membuatnya membayangkan sesuatu yang mengerikan<br />

sehingga ia akan menjerit dan berlari pergi. Ia tidak pernah<br />

menyadari bahwa kematian pasti akan dialami olehnya;<br />

walaupun ia telah melatih meditasi dengan objek kematian, ia<br />

tidak pernah bisa menghadapinya. [415] Karena hanya mereka,<br />

yang tidak melakukan meditasi, yang takut pada kematian.<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

Sekarang, ketakutannya akan kematian diketahui oleh para<br />

bhikkhu, dan suatu hari mereka berkumpul di Balai Kebenaran,<br />

membahas ketakutannya, dan ketenangan para bhikkhu yang<br />

mengambil kematian sebagai objek meditasi. Masuk ke dalam<br />

Balai Kebenaran, Sang Guru bertanya dan diberitahukan apa<br />

yang sedang mereka bicarakan. Maka Beliau meminta bhikkhu<br />

tersebut datang dan bertanya kepadanya apakah benar ia hidup<br />

dalam ketakutan akan kematian. Bhikkhu tersebut mengakuinya.<br />

“Jangan marah, para Bhikkhu,” kata Sang Guru, “dengan bhikkhu<br />

ini. Ketakutan yang memenuhi dirinya saat ini tidak kalah kuatnya<br />

dibanding dengan ketakutannya di kehidupan yang lampau.”<br />

Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, Beliau menceritakan<br />

kisah kelahiran lampau ini.<br />

___________________<br />

Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,<br />

Bodhisatta adalah seorang dewa pohon di dekat Pegunungan<br />

Himalaya. Pada masa itu raja menempatkan gajah istana di<br />

tangan pelatih gajah untuk dilatih berdiri dengan tegak. Mereka<br />

mengikat gajah itu dengan kuat di sebuah tonggak, dengan<br />

tongkat di tangan, mereka melatih gajah itu. Tidak mampu<br />

menahan rasa sakit sewaktu dipaksa melakukan perintah<br />

mereka, gajah tersebut mematahkan tonggak tersebut, membuat<br />

para pelatihnya melarikan diri, sementara ia sendiri melarikan diri<br />

ke Pegunungan Himalaya. Orang-orang tersebut, tidak bisa<br />

menangkapnya, kembali dengan tangan kosong. Gajah tersebut<br />

hidup di Himalaya, selalu merasa takut pada kematian. Satu<br />

tiupan angin sudah cukup untuk membuat ia ketakutan dan<br />

berlari pergi dengan kecepatan penuh, menggoyangkan<br />

573<br />

574

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!