22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

Memperhatikan nasihat yang bijaksana, teguh pada<br />

keputusan; Dengan hati yang berani, tetap berpegang<br />

pada pendirianku,<br />

saya menjauhkan diri dari tempat tinggal para wanita<br />

penggoda dan jerat mereka, dan menemukan kebebasan<br />

yang besar.<br />

[471] Dan mengakhiri ajarannya dalam syair ini. Makhluk<br />

yang agung itu memerintah kerajaannya dalam keadilan, dan<br />

berlimpah dalam dana dan perbuatan baik lainnya, hingga<br />

akhirnya ia meninggal dunia untuk terlahir kembali di alam<br />

bahagia sesuai dengan hasil perbuatannya.<br />

____________________<br />

Setelah uraian-Nya berakhir, Sang Guru menjelaskan<br />

kelahiran tersebut dengan berkata, “Saya adalah pangeran yang<br />

di masa itu pergi ke Takkasilā dan mendapatkan sebuah<br />

kerajaan.”<br />

No.133.<br />

GHATASANA-JĀTAKA<br />

“Lihatlah, di tempat perlindunganmu,” dan seterusnya.<br />

Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetawana,<br />

mengenai seorang bhikkhu yang mendapatkan sebuah objek<br />

meditasi dari Beliau, yang kemudian pergi ke daerah perbatasan,<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

mengambil tempat tinggal di hutan dekat sebuah dusun. Di sini,<br />

ia berharap untuk melewati musim hujan, namun pada<br />

permulaan bulan pondoknya terbakar habis saat ia melakukan<br />

pindapata. Kehilangan atap tempat berteduh, ia menceritakan<br />

kemalangan yang menimpanya kepada temannya yang<br />

merupakan umat awam, dan mereka dengan gampang<br />

mengatakan akan mengusahakan untuk membangun sebuah<br />

pondok yang lain untuknya. Namun, bertolak belakang dengan<br />

pernyataan mereka, tiga bulan berlalu tanpa ada pelaksanaan<br />

pembangunan. Tidak mempunyai atap sebagai tempat berteduh,<br />

bhikkhu ini tidak berhasil dalam meditasinya. Bahkah tidak<br />

secercah cahaya pun yang didapatkannya pada akhir musim<br />

hujan, saat ia kembali ke Jetawana dan berdiri dengan penuh<br />

hormat di hadapan Sang Guru. Dalam perbincangan-Nya, Sang<br />

Guru bertanya apakah meditasinya berhasil. Bhikkhu tersebut<br />

menceritakan dari awal mengenai hal baik dan hal buruk yang<br />

menimpanya. Sang Guru berkata, “Di kehidupan yang lampau,<br />

bahkan hewan buas yang lebih kasar dapat melihat perbedaan<br />

apa yang baik dan apa yang tidak baik untuk mereka, sehingga<br />

berhenti pada waktunya sebelum mereka mendapat bencana<br />

karena tempat tinggal yang melindungi mereka melewati waktu<br />

dengan bahagia. Jika hewan buas dapat membedakannya,<br />

bagaimana engkau bisa begitu jauh dibandingkan mereka dalam<br />

hal kebijaksanaan?” Setelah mengucapkan kata-kata tersebut,<br />

atas permintaan bhikkhu itu, Sang Guru menceritakan kisah<br />

kelahiran lampau ini.<br />

____________________<br />

665<br />

666

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!