22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

mengambil beberapa butir dadu, mengolesinya dengan racun di<br />

rumah, mengeringkannya dengan hati-hati, dan kemudian<br />

membawa dadu-dadu tersebut bersamanya menemui pejudi<br />

curang itu, yang ditantangnya untuk bermain dadu dengannya.<br />

Pejudi curang itu menerima tantangannya, papan dadu segera<br />

disiapkan, dan permainan pun dimulai. Tak lama kemudian,<br />

pejudi curang itu mulai kalah dan ia segera memasukkan salah<br />

satu dadu ke dalam mulutnya. Mengamati kelakuan pejudi<br />

curang itu, Bodhisatta berkata, “Telanlah; engkau akan<br />

mengetahui apa yang sebenarnya engkau makan dalam waktu<br />

singkat.” Lalu ia mengucapkan syair peringatan keras berikut:<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

melakukan hal seperti itu lagi. Setelah hidup dengan melakukan<br />

amal dan perbuatan baik lainnya, ia meninggal dunia untuk<br />

terlahir kembali di alam bahagia sesuai dengan hasil<br />

perbuatannya.<br />

____________________<br />

Setelah uraian tersebut berakhir, Sang Guru berkata,<br />

“Para Bhikkhu, penggunaan barang secara tidak bijaksana<br />

seperti ia yang menelan racun mematikan tanpa berpikir<br />

panjang.” Setelah mengucapkan hal itu, Beliau menjelaskan<br />

kelahiran tersebut dengan kata-kata berikut, “Saya sendiri adalah<br />

Pejudi yang bijaksana dan baik pada masa itu.”<br />

Ia menelan dadu dengan cukup berani, tanpa<br />

mengetahui bahwa racun yang membakar sedang<br />

mengintai tanpa terlihat.<br />

Yah, telanlah, pejudi curang! Engkau akan segera<br />

terbakar dari dalam.<br />

[Catatan Pali : “Tidak disebutkan tentang siapa pejudi curang<br />

itu, — apa yang menjadi alasannya, di sini juga di tempat lain, tidak<br />

terdapat keterangan yang diberikan tentang orang yang tidak<br />

dibicarakan.”]<br />

Tetapi ketika Bodhisatta sedang berucap, racun yang<br />

ditelan pejudi curang itu mulai bereaksi, ia mulai tak sadarkan<br />

diri, matanya semakin meredup, dan jatuh ke tanah dengan<br />

tubuh meringkuk kesakitan. “Sekarang,” kata Bodhisatta, “saya<br />

harus menyelamatkan nyawa orang jahat ini.” Maka ia meramu<br />

obat penyebab muntah dan memberikan obat yang diramunya<br />

sampai pejudi curang tersebut muntah. Kemudian ia memberikan<br />

seteguk campuran mentega cair dengan madu dan gula serta<br />

bahan-bahan lainnya. Dengan cara itu ia membuat orang<br />

tersebut sehat kembali. Lalu ia menasehatinya untuk tidak<br />

No.92.<br />

[381] MAHĀSĀRA-JĀTAKA<br />

“Untuk perang manusia membutuhkan,” dan seterusnya.<br />

Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetawana,<br />

mengenai Yang Mulia Ānanda.<br />

Sekali waktu, para istri Raja Kosala bepikir seperti ini,<br />

“Kemunculan seorang Buddha sangat langka; dan jarang juga<br />

517<br />

518

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!