22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

membuatnya pergi ke sana, duduk menunggu kedatanganku.<br />

Sekarang saya berharap untuk bisa pergi.”<br />

Melihat anaknya terlalu kasmaran untuk bisa<br />

melepaskan gadis itu, Bodhisatta mengizinkannya pergi, berkata,<br />

“Saat ia menginginkan daging [417], ikan, biji-bijian, garam atau<br />

beras, maupun hal-hal lainnya untuk dimakannya, dan membuat<br />

engkau ke sana kemari atas perintahnya, ingatlah pada<br />

pertapaan ini dan kembalilah kemari.”<br />

Maka anak tersebut pergi bersama gadis itu ke tempat<br />

tinggal penduduk; setibanya di rumah, gadis itu membuat anak<br />

muda tersebut berlari ke sana kemari untuk mengambilkan<br />

semua barang yang ia inginkan.<br />

“Saya lebih seperti budaknya jika begini,” pikirnya, dan<br />

segera kembali ke tempat ayahnya, memberi hormat padanya,<br />

berdiri dan mengulangi syair berikut ini: —<br />

Hidup bahagia tadinya adalah milikku,<br />

hingga aku jatuh cinta padanya,<br />

— Kendi yang mengkhawatirkan dan menjemukan,<br />

istriku — membuat saya menjalankan perintahnya<br />

dengan berlari ke sana kemari.<br />

Bodhisatta memuji anak muda tersebut, menasihatinya<br />

untuk berbaik hati dan bermurah hati, mengajarinya<br />

mengembangkan empat kediaman luhur dan cara-cara meditasi.<br />

Tak lama kemudian, anak muda itu telah memperoleh kesaktian<br />

dan pencapaian meditasi, dan tanpa terputus dari keadaan baik<br />

tersebut, bersama ayahnya, ia terlahir kembali di alam brahma.<br />

577<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

____________________<br />

Setelah uraian tersebut berakhir, dan Empat Kebenaran<br />

Mulia telah dibabarkan (di akhir khotbah, bhikkhu tersebut<br />

mencapai tingkat kesucian Sotāpanna), Sang Guru menjelaskan<br />

kelahiran tersebut dengan berkata, “Gadis gemuk di saat ini<br />

merupakan gadis gemuk di masa itu; bhikkhu muda ini adalah<br />

anak tersebut dan Saya sendiri adalah sang ayah di masa itu.”<br />

No.107.<br />

SĀLITTAKA-JĀTAKA<br />

[418] “Hadiah dari keahlian,” dan seterusnya. Kisah ini<br />

diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetawana, mengenai<br />

seorang bhikkhu yang melempar batu dan menjatuhkan seekor<br />

angsa. Diceritakan bahwa bhikkhu ini, yang berasal dari sebuah<br />

keluarga terpandang di Sawatthi, mempunyai keahlian memukul<br />

benda dengan batu; suatu hari, setelah mendengarkan<br />

pembabaran Dhamma ia menyerahkan hidupnya pada ajaran<br />

Buddha, meninggalkan keduniawian dan diterima menjadi<br />

seorang bhikkhu. Tanpa belajar maupun berlatih, ia unggul<br />

sebagai seorang bhikkhu. Suatu hari, bersama seorang bhikkhu<br />

yang lebih muda ia pergi ke Sungai Aciravatī 190 , dan sedang<br />

berdiri di tepi sungai setelah mandi saat ia melihat sepasang<br />

angsa yang terbang di dekat sana. Ia berkata pada bhikkhu yang<br />

190<br />

Raptī yang modern, di Oudh.<br />

578

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!