07.06.2015 Views

Aktivisme Islam - Democracy Project

Aktivisme Islam - Democracy Project

Aktivisme Islam - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong><br />

maupun internasional (Qandil, 1995, 1996). Pengaruh seperti<br />

itu sangat mengancam rezim berkuasa karena mengubah<br />

Ikhwanul Muslimun menjadi alternatif bagi negara.<br />

Akhirnya, pelibatan Ikhwanul Muslimun tidak<br />

menghasilkan penangkalan menyeluruh terhadap Jemaah.<br />

Strategi negara selama 1980-an adalah mengisolasi militan<br />

dengan memberi Ikhwanul Muslimun akses politik.<br />

Namun, seperti yang kita lihat di bawah, pelibatan formal<br />

Ikhwanul Muslimun saja ke dalam kelembagaan politik tidak<br />

menghilangkan kaum radikal ideologis. Jamaah dan Jihad<br />

<strong>Islam</strong> tetap mengecam partisipasi dalam perlemen karena<br />

alasan agama. Mereka percaya bahwa demokrasi adalah bidah<br />

karena memungkinkan manusia, bukan “firman Tuhan”,<br />

untuk berkuasa. Namun, meski penolakan mendasar itu,<br />

mereka tidak segan mengeritik Ikhwanul Muslimun untuk<br />

kegagalannya mengusung tujuan <strong>Islam</strong> melalui partisipasi<br />

kelembagaan. Aboud Zumur, pemimpin Jihad <strong>Islam</strong>,<br />

mengecam Ikhwanul Muslimun karena kegagalan gerakan<br />

itu memperjuangkan diri menjadi partai politik pada 1980-an<br />

dengan menyebutkan bahwa “Sementara Prancis, Jerman dan<br />

Italia membolehkan terbentuknya partai keagamaan, Mesir<br />

bangga dengan fakta bahwa dia tidak mengizinkan adanya<br />

partai semacam itu” (dikutip dalam Ahmed, 1995: 109).<br />

Lebih signifikan, kaum radikal ideologis menuduh Ikhwanul<br />

Muslimun melegitimasi rezim dan memecah-belah gerakan<br />

<strong>Islam</strong>. Menurut Aboud Zumur, “Pemerintah melibatkan<br />

secara terbatas kalangan <strong>Islam</strong>is ke dalam Majelis Rakyat<br />

192<br />

| Mohammed M. Hafez

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!