07.06.2015 Views

Aktivisme Islam - Democracy Project

Aktivisme Islam - Democracy Project

Aktivisme Islam - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong><br />

satu-satunya yang pernah “mengalahkan” Israel dengan<br />

memaksanya untuk menyerahkan kawasan yang secara<br />

militer dikuasainya. Perbedaan Sunni/Syiah tidak mencegah<br />

kelompok <strong>Islam</strong>is Palestina belajar sejumlah pelajaran dari<br />

Hizbullah, terutama menyangkut seni pemboman bunuh<br />

dirisesuatu yang sebelumnya tidak dikenal dalam sejarah<br />

Palestina.<br />

Perubahan ketiga, dan terpenting, dalam struktur<br />

peluang politik datang dengan meletusnya Intifada pada<br />

Desember 1987. Seperti telah disebut sebelumnya, Hamas<br />

paling baik dipahami sebagai pemberontakan aktivis strata<br />

kedua dalam Ikhwanul Muslimun melawan strata lebih tua<br />

yang lebih cenderung pada reformasi (perubahan bertahap).<br />

Intifada memberi peluang bagi strata kedua itu dan ideologi<br />

<strong>Islam</strong>isnya untuk memimpin organisasi, mengarah secara<br />

langsung kepada pembentukan Hamas pada 1988. Hamas<br />

tidaklah menciptakan Intifada (bertentangan dengan<br />

klaimnya), tetapi ia adalah kelompok yang mengambil<br />

keuntungan terbesar dari pecahnya Intifada. Di sini kita<br />

melihat bagaimana peristiwa dari luar (mulainya Intifada)<br />

memicu kelahiran dan pemberdayaan sebuah organisasi<br />

gerakan sosial baru.<br />

Akhirnya, Deklarasi Prinsip-prinsip (Perjanjian Oslo<br />

pertama dengan Israel) oleh PLO pada September 1993<br />

secara dramatis merestrukturisasi dan memperumit<br />

kesempatan-kesempatan politik bagi Hamas. Perjanjian Oslo<br />

290<br />

| Glenn E. Robinson

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!