29.01.2015 Views

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Deskripsi Kesuburan Beberapa Lahan Potensial untuk Budidaya Krisan di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta<br />

Fibrianty dan Iswadi, A<br />

Deskripsi Kesuburan Beberapa Lahan Potensial untuk Budidaya Krisan<br />

di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta<br />

Fibrianty dan Iswadi, A<br />

Balai Pengkajian Teknologi <strong>Pertanian</strong> Yogyakarta, Ringroad Utara, Karangsari, Sleman, Kotak Pos 1013,<br />

Yogya, 55010, Demanggu Baru<br />

ABSTRAK. Krisan umumnya dibudidayakan di dataran medium sampai dataran tinggi pada kisaran 600 hingga<br />

1.200 m dpl. Di dalam evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman krisan, ketinggian tempat menjadi faktor kunci<br />

dalam menentukan kesesuaian suatu lokasi. Tanaman krisan pertama kali dikembangkan di di Kecamatan<br />

Pakem, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta di lokasi dengan ketinggian ± 600 m dpl. Dengan menetapkan<br />

ketinggian 600 m dpl. sebagai dasar dalam penentuan kesesuaian lahan untuk budidaya krisan maka diperoleh<br />

hasil bahwa wilayah di kabupaten Sleman yang sesuai untuk budidaya krisan meliputi kecamatan Pakem (Desa<br />

Hargobinangun dan Purwobinangun), Kecamatan Turi (Desa Wonokerto dan Girikerto), dan Kecamatan<br />

Cangkringan (Desa Umbulharjo, Kepuhharjo, dan Glagahharjo). Hasil analisis tanah beberapa lokasi<br />

pengembangan perbenihan krisan di Kecamatan Pakem, kesimpulan yang diperoleh ialah bahwa tanah bereaksi<br />

agak masam sampai masam dengan nilai pH 5–6,2, kadar C organik dan N total berkisar dari sangat rendah<br />

sampai rendah, kapasitas pertukaran kation rendah dan P tersedia sangat rendah. Tanaman krisan tumbuh baik<br />

pada kisaran pH sekitar 5,5–6,5, yang berarti pH tanah telah sesuai, sementara kadar bahan organik dan hara lain<br />

yang rendah dapat ditingkatkan sesuai dengan persyaratan tumbuh krisan dengan cara memodifikasi media<br />

tumbuh dalam bedengan.<br />

Katakunci: Kesuburan; Lahan potensial; Krisan<br />

Tanaman krisan (Dendrathema grandiflora) merupakan tanaman yang berasal dari daerah<br />

subtropis, di negara beriklim tropis krisan dapat dibudidayakan di dataran medium sampai tinggi pada<br />

kisaran 600 hingga 1.200 m dpl. Krisan dapat tumbuh pada kisaran suhu harian antara 17 sampai 30<br />

o C, beberapa pustaka menyebutkan bahwa pada suhu di atas 25 o C, proses inisiasi bunga akan<br />

terhambat dan pembentukan bakal bunga juga terlambat. Suhu yang terlalu tinggi juga mengakibatkan<br />

bunga yang dihasilkan cenderung berwarna kusam, pucat dan memudar.<br />

Dalam evaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya krisan, ketinggian tempat menjadi faktor<br />

kunci dalam menentukan kesesuaian suatu lokasi. Hal tersebut disebabkan karena faktor ketinggian<br />

tempat berhubungan erat dengan suhu udara, makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, makin<br />

rendah suhu udara. Di Indonesia, budidaya krisan umumnya dilakukan di dalam rumah lindung yang<br />

dapat berupa rumah kaca atau rumah plastik. Rumah lindung ini berfungsi untuk memberikan kondisi<br />

lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan tanaman krisan yang optimal. Modifikasi lingkungan<br />

tumbuh pun perlu dilakukan melalui penerapan teknik budidaya yang sesuai hingga memberikan<br />

iklim mikro yang optimal untuk pertumbuhan tanaman dan mengurangi pengaruh negatif lingkungan<br />

seperti intensitas cahaya matahari yang tinggi, terpaan air hujan langsung dan amplitudo suhu harian<br />

yang tinggi serta serangan serangga hama dan patogen (Budiarto et al. 2006). Tanaman krisan dapat<br />

tumbuh baik di daerah pada ketinggian 600–200 m dpl. dengan kisaran suhu udara antara 15 sampai<br />

dengan 28 o C dan kelembaban udara 60–85%. Tanah dipersyaratkan memiliki tekstur liat berpasir,<br />

dengan kerapatan jenis 0,2–0,8 g/cm 3 (berat kering), total porositas 50–75%, kandungan air 50–70%,<br />

kandungan udara dalam pori 10–20%, kandungan garam terlarut 1–1,25 dS/m 2 dan kisaran pH sekitar<br />

5,5–6,5. Untuk mencapai kondisi tersebut dapat dilakukan melalui modifikasi media tumbuh dalam<br />

bedengan. Pengkajian ini bertujuan mengetahui tingkat kesuburan lahan-lahan yang secara biofisik<br />

potensial untuk budidaya krisan di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.<br />

BAHAN DAN METODE<br />

Pengkajian dilaksanakan pada Bulan Februari sampai Desember 2009 di Kabupaten Sleman<br />

dengan cara melaksanakan survei ke wilayah yang dalam peta agro ecological zone (AEZ) termasuk<br />

dalam zone III Dhfe dan IV Dhfe yang direkomendasikan untuk hortikultura dataran medium dan<br />

dataran tinggi, termasuk di dalamnya krisan.<br />

116│<br />

Prosiding SeminarNasional Pekan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong> Nasional: Penerapan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong><br />

dalam Mendukung Pembangunan <strong>Hortikultura</strong> yang Berdaya Saing dan Berbasis Sumberdaya Genetik Lokal,<br />

Lembang, 5 Juli 2012

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!