29.01.2015 Views

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Uji Formulasi Vesicular Arbuscular (VAM) Glomus sp. Pada Jeruk yang Berpotnesi Mengurangi Tingkat Serangan<br />

Penyakit akar Phytopthora sp. Sebesar 10%<br />

Dwiastuti, M. E. dan Widiyaningsih, S<br />

vivo dalam polybag, menggunakan pasir steril dan tanaman inang jagung (Zea mays). Benih JC<br />

disemai terlebih dahulu dengan menggunakan pasir steril. Aplikasi VAM bersamaan dengan<br />

transpanting bibit batang bawah ke media bahan pembawa VAM . Pada bagian tengah media dari<br />

masing-masing polybag dibuat lubang sedalam 5 cm, ke dalam lubang tersebut dimasukkan inokulum<br />

sesuai perlakuan yang mengandung lebih kurang 70 spora, setara dengan 15 gram inokulum per<br />

tanaman (Cruz et al., 2000). Perbanyakan Phytophthora untuk sumber inokulum penyakit dilakukan<br />

di laboratorium Fitopatologi. Kultur jamur Phytohphtora diperoleh dari hasil koleksi tahun<br />

sebelumnya, yang telah diseleksi berdasarkan dominasinya di lapang (P.parasitica var nicotianae)..<br />

Persiapan kultur Phytophthora telah dilakukan dalam media V8.<br />

Gambar 1. Bahan pembawa yang diuji, a. Zeolit + Pasir, b. Tanah ladekan, c. Arang sekam, d. Pasir<br />

A. Uji Bahan Pembawa VAM Yang Efektif Dalam Meningkatkan Ketahanan Terhadap<br />

Serangan Penyakit Phytophthora<br />

Bahan pembawa VAM yang diujikan adalah zeolit + pasir, arang sekam, tanah ladekan dan<br />

pasir (kontrol). Percobaan disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok dengan 4<br />

ulangan, tiap ulangan menggunakan 6 unit . Mula mula dilakukan inokulasi VAM dengan<br />

bahan pembawa sesuai perlakuan pada batang bawah JC. Empat minggu kemudian dilakukan<br />

inokulasi 100 ml suspensi isolat Phytophthora pada tiap tanaman , kecuali pada perlakuan<br />

kontrol sehat bahan pembawa tanpa inokulasi Phytophthora. Penambahan hara terutama N, K<br />

dosis 5 gram/ltr dalam media tumbuh dengan volume 100 ml/tanaman. Penambahan hara<br />

dimulai 3 minggu setelah inokulasi. Pengairan dilakukan 2-3 hari sekali.<br />

Parameter yang diamati meliputi :<br />

1. Indeks infeksi Phytophthora, dihitung menggunakan berdasarkan score kriteria<br />

serangan pangkal batang dan akar mulai 2 minggu setelah inokulasi.<br />

Score kriteria pada pangkal batang<br />

0 = Sehat<br />

1 = ada luka,tidak ada blendok<br />

2 = ada luka,ada blendok 10 % sampai 25 %<br />

3 = ada luka, ada blendok 25 % sampai 50 %<br />

4 = ada luka, ada blendok diatas 50 %<br />

Score Kriteria pada daun<br />

0 = Hijau/sehat<br />

1 = 10 % sampai 25 % daun kuning<br />

2 = 25% sampai 50 % daun kuning<br />

3 = diatas 50 % daun kuning<br />

2. Persentase infeksi Phytophthora, diperoleh dengan membagi jumlah pangkal batang<br />

tanaman yang terinfeksi dengan jumlah tanaman yang diamati dikalikan 100%.<br />

3. Nilai Efektifitas pengendalian diperoleh dengan cara mengurangi nilai persentase<br />

infeksi penyakit pada perlakuan kontrol dengan nilai persentase infeksi penyakit pada<br />

tiap perlakuan, kemudian dibagi persentase infeksi penyakit pada kontrol dan<br />

dikalikan 100%. Nilai efektifitas pengendalian penyakit dikatakan efektif jika<br />

mempunyai nilai efektifitas ≥ 30% .<br />

240│<br />

Prosiding SeminarNasional Pekan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong> Nasional: Penerapan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong><br />

dalam Mendukung Pembangunan <strong>Hortikultura</strong> yang Berdaya Saing dan Berbasis Sumberdaya Genetik Lokal,<br />

Lembang, 5 Juli 2012

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!