29.01.2015 Views

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Keragaan Teknologi Jeruk Siam di Tingkat Petani Papua (Kasus Kabupaten Nabire)<br />

Malik, A<br />

3. Keragaan dan tata niaga jeruk siam<br />

Luas pertanaman jeruk siam di Kabupaten Nabire merupakan wilayah terluas dalam<br />

pengembangan jeruk siam di Provinsi Papua, yaitu seluas 445 ha, dari luasan ini terdapat 70,8% atau<br />

315,6 ha berada di kampung Wadio dimana kajian ini dilaksanakan (Distanbun Nabire, 2010).<br />

Dari hasil kajian, produktivitas jeruk siam ditingkat petani jauh lebih tinggi (12-20<br />

ton/ha/tahun dengan rata-rata produktivtias 15,5 ton/ha/tahun atau setara dengan 38,75<br />

kg/batang/tahun) jika dibandingkan dengan hasil data sekunder baik BPS Papua (2010) dan BPS<br />

Nabire (2010) tingkat produktivitas jeruk siam sebesar 6,974 ton/ha/tahun. Untuk kepastian<br />

produktivitas yang dikeluarkan BPS perlu dilakukan ubinan terhadap produktivitas jeruk siam di<br />

daerah ini.<br />

Jika disimak dari produktivitas ditingkat petani saat ini dengan rata-rata 15,5 ton/ha/tahun jauh<br />

lebih rendah dari penelitian yang sudah dilakukan di sentra produksi jeruk siam di Indonesia. Menurut<br />

Assad dan Hutagalung (1992) dan Poewanto (2004) produktivitas jeruk siam bisa mencapai >25<br />

ton/ha/tahun jika dikeloa dengan baik.<br />

Walaupun produktivitas jeruk siam petani di Kabupaten Nabire masih rendah jika<br />

dibandingkan dengan potensi hasil, namun sudah memberikan manfaat untuk petani dan keluarganya<br />

sehingga petani masih tetap melakukan perawatan tanaman walaupun seadanya. Dari kajian<br />

terungkap, petani lebih memilih pengembangan tanaman jeruk siam dari pada jenis jeruk keprok,<br />

karena memiliki keunggulan dibandingkan dengan jeruk sejenis lainnya seperti keprok antara lain<br />

karena pertumbuhan lebih cepat, Jeruk siam rajin membentuk tunas bunga dan buah, masa simpan<br />

segar cukup tinggi sehingga agak tahan dalam transportasi.<br />

Pada kawasan pertanaman jeruk siam yang masih muda (belum berbuah), petani<br />

memanfaatkan lorong pertanaman jeruk dengan komoditas tanaman pangan (jagung, kacang dan<br />

kedelai), sayuran (cabe, tomat, bayam, kangkung dan sawi serta kubis). Alasan yang dimungkakan<br />

petani adalah disamping meningkatkan pendapatan keluarga juga sekaligus membersihkan kebun dari<br />

gulma. Di kawasan daerah kajian, petani tidak mengusahakan tanaman padi sawah maupun padi<br />

gogo, hal ini disebabkan kawasan berada agak ketinggian, saluran irigasi sulit mengairi lahan<br />

pertanian, sehingga kawasan ini dijadikan sentra jeruk siam.<br />

Jeruk siam yang dikembangkan Pemda melalui Dinas <strong>Pertanian</strong> dan Perkebunan (Distanbun)<br />

Kabupaten Nabire berasal dari Purworejo (Jawa Tengah) era tahun 1980-an dan jenis jeruk siam ini<br />

yang berkembang sampai saat ini. Dalam perkembangannya sejak tahun 1990-an Kabupaten Nabire<br />

menjadi ikon jeruk siam di Provinsi Papua.<br />

Jeruk siam Nabire ini hampir sama dengan jeruk siam yang berasal dari Jember dan<br />

Kintamani, yaitu warna kulit buah matang hijau kekuningan dengan warna daging buah orange dengan<br />

rasa manis. Keragaman jenis jeruk siam ini merupakan kekayaan flasma nutfah jeruk. Pemda melalui<br />

Distanbun kabupaten Nabire mengharapkan jeruk siam yang sudah beradaptasi baik ini menjadikan<br />

jeruk siam spesifik Nabire. Harapan lain terungkap dari keinginan Pemda kabupaten Nabire adalah<br />

menjadi jeruk siam Nabire ini seperti jeruk siam seperti jeruk siam Pontianak, Jember, Ponorogo.<br />

Untuk perlu identifikasi tentang jeruk siam Nabire ini.<br />

Luas kepemilikan jeruk siam di tingkat petani bervariasi antara 0,75-3 ha, dengan rata-rata<br />

pemilikan 0,75 ha/petani, variasi umur jeruk 1-10 tahun. Jika dilihat dari variasi umur pertanaman<br />

jeruk siam, diindikasikan selalu ada pengembangan setiap tahun. Hal ini juga terungkap dari<br />

Distanbun Nabire (2010) bahwa lima tahun terakhir terjadi pengembangan jeruk siam rata-rata 25<br />

ha/tahun. Dari hasil kajian juga terungkap bahwa animo petani selalu mengembangkan jeruk siam ini,<br />

karena dikawasan ini lahannya sangat potensial untuk jeruk, disamping itu petani tidak memungkinan<br />

untuk pengembangan tanaman pangan (padi) selain palawija (jagung, kedelai dan kacang tanah),<br />

karena kawasan pengembangan jeruk siam ini berada agak tinggi dari potensi lahan pengembangan<br />

tanaman pangan (padi).<br />

Jarak tanam yang digunakan petani homogen, yaitu 5x5 M atau setara 400 batang/ha. Dalam<br />

pengembangannya, petani mengunakan bibit okulasi yang diperoleh dengan cara pembelian dari<br />

penangkar lokal di sekitar lokasi tempat tinggal. Petani belum menggunakan bibit<br />

unggul/bersertifikasi, hal ini disebabkan belum adanya BBI/BBU hortikultura di daerah ini, untuk itu<br />

persiapan kebun BMT (bibit mata tempel) sangat diperlukan. Populasi tanaman jeruk petani<br />

kooperator bervariasi antara 394-400 batang/ha, dengan rata-rata 397 batang/ha.<br />

Prosiding SeminarNasional Pekan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong> Nasional: Penerapan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong><br />

dalam Mendukung Pembangunan <strong>Hortikultura</strong> yang Berdaya Saing dan Berbasis Sumberdaya Genetik Lokal,<br />

Lembang, 5 Juli 2012<br />

│387

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!