29.01.2015 Views

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pengaruh Pengendalian Hayati terhadap Produksi Tanaman Caisin (Brassica campestris var. chinensis)<br />

Fuadi, I 1) dan Yusuf, R 2)<br />

Tabel 3.<br />

Rerata tinggi tanaman yang diaplikasi dengan berbagai jenis agens hayati dan<br />

kombinasinya (cm)<br />

Perlakuan<br />

Tinggi tanaman<br />

(cm)<br />

C (Aplikasi T. harzianum TR01+ P. fluorescens PR01)<br />

41,40 a<br />

B (Aplikasi Pseudomonas fluorescens PR01) 39,73 b<br />

A (Aplikasi Trichoderma harzianum TR01) 39,43 b<br />

D (Kontrol) 36,50 c<br />

Dari Tabel 3 terlihat bahwa rerata tinggi tanaman yang tertinggi terlihat pada perlakuan C<br />

yaitu 41,40 cm dan berbeda nyata dengan perlakuan A (39,73 cm), B (39,43 cm) dan D (36,50 cm).<br />

Perlakuan A dan B tidak berbeda nyata sesamanya, tapi berbeda nyata dengan perlakuan D (kontrol).<br />

Dari data terlihat bahwa perlakuan kombinasi T. harzianum TR01 + P. fluorescens PR01<br />

menghasilkan tinggi tanaman yang tertinggi, hal ini disebabkan adanya kombinasi mekanisme<br />

pengendalian dan rangsangan pertumbuhan yang dimiliki masing-masing agens antagonis. Menurut<br />

Agrios, 1997 agens antagonis tersedia di alam, aman terhadap lingkungan, tidak mempunyai efek<br />

residu merugikan, aplikasinya tidak berulang-ulang dan relatif kompatibel dengan teknik pengendalian<br />

lainnya.<br />

Dengan adanya kombinasi yang kompatible antara agens antagonis ini, ketersediaan unsur<br />

hara yang dapat diserap dan bahan organik pada tanah sehingga menyebabkan tanaman tumbuh lebih<br />

baik. Hal ini didukung oleh pendapat Biswas, 2000 dalam Setyowati et al (2006) penggunaan mikroba<br />

tanah dalam pertanaman dapat membantu penyediaan unsur Nitrogen (N), fosfor (P) dan Kalium (K)<br />

sehingga dapat meningkatkan kualitas tanaman, ditambahkan Rahimi (2000 dalam Setyowati et al.<br />

2006) bahwa mikroba yang diberikan bersama bahan organik juga dapat meningkatkan mutu agregasi<br />

tanah.<br />

Menurut Kentjanasari et al, 1996 dalam Widyastuti, 2004 bahwa kondisi tanah yang subur<br />

dengan agregasi tanah yang baik dapat memacu pertumbuhan tanaman, bahan organik yang<br />

mengandung banyak jasad renik tertentu bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah dan<br />

pertumbuhan tanaman melalui peningkatan aktivitas biologi dan jumlah jasad renik tersebut. Menurut<br />

Harman (2006) Peranan Trichoderma yang mampu menyerang cendawan lain namun sekaligus<br />

berkembang baik pada daerah perakaran menjadikan keberadaan cendawan ini dapat berperan sebagai<br />

biokontrol dan memperbaiki pertumbuhan tanaman. Secara tunggal, Trichoderma menurut hasil<br />

penelitian Naemah et al (2003) dalam Widyastuti (2004) bahwa semai yang tumbuh pada media yang<br />

ditambahkan Trichoderma memberikan pengaruh baik terhadap pembentukan ujung akar, nilai<br />

panjang akar semai meningkat yang merupakan indikator posistif bahwa Trichoderma mempengaruhi<br />

pertumbuhan akar semai. Menurut Hakim et al. (1986) dengan pemberian Trichoderma kedalam tanah<br />

dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman sayuran, seperti tinggi tanaman.<br />

Lebih lanjut dilaporkan bahwa selain sebagai agens biokontrol, agens ini juga merupakan<br />

organisme dekomposer dan memproduksi hormon perangsang tumbuh (growth stimulator). Oleh<br />

karena itu tanaman yang diproteksi dengan biokontrol ini selain terbebas dari penyakit, juga tumbuh<br />

dengan optimum dan selalu tampak lebih sehat dibandingkan dengan tanpa perlakuan.<br />

Pemberian bakteri antagonis P.fluorescens menghasilkan pengaruh yang lebih baik terhadap<br />

tinggi tanaman jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Tingginya tanaman pada perlakuan ini<br />

disebabkan peranan P.fluorescen disamping sebagai pengendali hayati juga dapat menstimulasi<br />

pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Baker & Cook, 1983 bahwa pengendalian<br />

hayati oleh bakteri antagonis dapat terjadi melalui satu atau beberapa mekanisme berikut: antibiosis,<br />

kompetisi, hiperparasit induksi ketahanan tanaman (Van Loon, 2000), dan memacu pertumbuhan<br />

tanaman (Kloepper et al, 1999).<br />

Bakteri antagonis khususnya kelompok rhizobakteria dapat meningkatkan pertumbuhan<br />

tanaman. Peningkatan pertumbuhan tanaman tersebut bergantung pada kemampuan bakteri antagonis<br />

menekan mokroba yang mengganggu pertumbuhan tanaman (deleterious microorganisms) dan<br />

Prosiding SeminarNasional Pekan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong> Nasional: Penerapan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong><br />

dalam Mendukung Pembangunan <strong>Hortikultura</strong> yang Berdaya Saing dan Berbasis Sumberdaya Genetik Lokal,<br />

Lembang, 5 Juli 2012<br />

│285

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!