29.01.2015 Views

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Respon Adaptasi Gendola (Basella alba) Terhadap Naungan pada Sistem Budidaya Menggunakan Paranet<br />

Lestari, P dan Juhaeti, T<br />

mengemukakan potensi gendola sebagai tanaman obat, namun belum ditemukan literatur yang<br />

mempelajari terkait pengembangan gendola sebagai komoditas sayur.<br />

Usaha pengembangan gendola sebagai sayuran hijau memerlukan serangkaian input ilmu<br />

pengetahuan mengenai teknik budidaya yang tepat. Kaitan dengan hal ini, kesesuaian kondisi<br />

lingkungan seperti suhu, cahaya, dan kelembaban menjadi faktor penting untuk diperhitungkan.<br />

Berlandaskan pemikiran tersebut, maka penelitian ditujukan untuk menentukan kondisi lingkungan<br />

yang sesuai bagi produksi gendola. Salah satunya dengan mempelajari kebutuhan intensitas cahaya<br />

yang sesuai untuk pertumbuhan gendola. Hipotesis yang diajukan, dari ketiga perlakuan yang<br />

diberikan, paling tidak didapatkan satu kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi gendola.<br />

BAHAN DAN METODE<br />

Percobaan dilakukan di kebun percobaan Pusat Penelitian Biologi LIPI, Bogor sejak bulan<br />

November 2011 hingga bulan Februari 2012. Gendola yang digunakan untuk penelitian berasal dari<br />

Malinau, Kalimantan Timur. Bahan tanam berasal dari hasil perbanyakan biji maupun stek. Ekstraksi<br />

biji dilakukan dengan cara berikut: ekstraksi biji dilakukan pada air mengalir. Biji tersebut kemudian<br />

dikeringanginkan dalam ruangan bersuhu 22 o C selama 24 jam. Sebelum ditanam, biji direndam<br />

selama 15 menit dalam larutan fungisida untuk mencegah serangan cendawan. Baik biji maupun stek<br />

diberi perlakuan naungan dengan intensitas 0% sebagai kontrol (N0), naungan paranet 55% (N1), dan<br />

naungan paranet 75% (N2). Petak perlakuan disusun berdasarkan rancangan tersarang RKLT dengan<br />

9 ulangan pada setiap perlakuan.<br />

Biji gendola ditanam dalam bedeng dengan jarak tanam 40x40 cm 2 sesuai dengan intensitas<br />

naungan yang diaplikasikan. Dalam satu lubang ditanam 2 benih untuk menghindari penyulaman.<br />

Perawatan meliputi penyiraman sehari sekali. Pengendalian gulma dilakukan secara manual.<br />

Pengendalian hama dilakukan bila serangan hama sudah di atas ambang ekonomi. Pengamatan<br />

meliputi parameter pertumbuhan: seperti persentase perkecambahan biji, tinggi tanaman, dan jumlah<br />

daun; karakter panen meliputi: waktu panen, bobot panen, jumlah dan panjang tunas panen; serta<br />

parameter fisiologi yakni: gejala etiolasi, karakter stomata dan kandungan klorofil daun. Pengamatan<br />

parameter pertumbuhan dilakukan secara berkala. Parameter fisiologi diamati saat tanaman memasuki<br />

fase generatif. Data dianalisis menggunakan sidik ragam. Uji lanjut menggunakan DMRT pada alpha<br />

5 dengan program SAS versi 9.0.<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Informasi umum:<br />

Tidak terdapat perbedaan persentase perkecambahan biji dan waktu bertunasnya stek antar<br />

perlakuan. Semua perlakuan memiliki daya tumbuh 100%. Perbedaan terdapat pada pertumbuhan<br />

awal bibit gondola, dimana bibit yang tumbuh di kondisi cahaya penuh –stek maupun bijimemerlukan<br />

waktu lebih lama untuk tumbuh dibanding bila tanaman ini ternaungi. Bibit asal stek,<br />

yakni stek pucuk dan stek batang, bertunas lebih dahulu dibandingkan tanaman asal biji. Tidak<br />

terdapat perbedaan kecepatan munculnya tunas pada asal stek yang berbeda.<br />

Masa awal pertumbuhan tanaman merupakan masa paling rentan terhadap ketidakcocokan<br />

kondisi lingkungan. Pada masa ini, umumnya tanaman memerlukan kelembapan tinggi dan suhu yang<br />

lebih rendah dengan tujuan mengurangi laju evapotranspirasi (Suhardi et al. 1995) untuk dapat<br />

berkecambah atau bertunas. Kondisi tersebut dapat dicapai pada perlakuan N1 dan N2 yang berada<br />

pada lingkungan yang lebih lembab.<br />

Stamps (2009) menyatakan Penggunaan paranet dapat mengurangi kecepatan angin yang<br />

berakibat pada temperatur dan kelembaban relatif di dalam lingkungan paranet. Penggunaan paranet<br />

menurunkan suhu lingkungan di dalam pada pagi dan siang hari dibandingkan kontrol, seperti pada<br />

penelitian Jayasinghe dan Weerakkody (2004). Selanjutnya pada penelitian ini rumah kasa yang<br />

digunakan tidak tertutup rapat, memungkinkan adanya aliran udara dari luar ke dalam maupun<br />

sebaliknya. Hasilnya, kelembaban udara di dalam dan di luar lingkungan paranet cenderung sama.<br />

Kondisi lingkungan yang lebih sesuai memungkinkan tanaman yang ternaungi tumbuh lebih cepat<br />

disbanding tanaman kontrol (N0). Pemaparan hasil respon pertumbuhan tanaman asal biji dan stek<br />

terhadap naungan pada fase pertumbuhan selanjutnya dilakukan terpisah.<br />

126│<br />

Prosiding SeminarNasional Pekan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong> Nasional: Penerapan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong><br />

dalam Mendukung Pembangunan <strong>Hortikultura</strong> yang Berdaya Saing dan Berbasis Sumberdaya Genetik Lokal,<br />

Lembang, 5 Juli 2012

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!