29.01.2015 Views

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pengkajian Efisiensi Pemakaian Air dengan Irigasi Tetes pada Tanaman Cabai Merah di Musim Kemarau<br />

Setiapermas, MN dan Jauhari, S<br />

Penyiraman pada tanaman cabai merah biasa dilakukan petani 3 (tiga) hari sekali. Pada<br />

introduksi irigasi tetes ini, awalnya juga dilakukan sama dengan petani, namun karena di Bulan<br />

Agustus dan bulan September ada hari-hari maka penyiraman dilakukan 3 hari setelah ada hujan.<br />

Penyiraman dilakukan pada tanggal 22 Agustus, 4, 7, 13, 15, 18, 20, 23, 26, dan 30 September.<br />

Bahkan pada bulan Oktober, November dan Desember tidak dilakukan penyiraman karena hujan<br />

terjadi setiap hari.<br />

Hasil panen dimulai akhir bulan November, dari penampakan visual tanaman, cabai merah yang<br />

dihasilkan menurut petani diperkirakan akan bagus, yaitu sekitar 0.75 kg setiap tanaman, namun hasil<br />

sampai akhir panen tidak mencapai nilai tersebut. Hasil selengkapnya di lahan petani adalah sebagai<br />

berikut (Tabel 3):<br />

Tabel 3. Hasil panen cabai merah<br />

Panen<br />

ke<br />

Berat<br />

(kg)<br />

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18<br />

2 9 10 18 22 37.5 43 51 68 50 55 50 45 40 18 15 8 6<br />

Hasil maksimum tanaman cabai merah pada kondisi biasa adalah 10 sampai 20 ton/ha atau<br />

setara dengan 0.6 sampai dengan 1,2 kg /tanaman (FAO,1979). Hasil pengamatan tahun 2006 di<br />

lapangan menunjukkan bahwa tanaman yang disiram setiap hari dan tiga hari produksinya dibawah<br />

kondisi optimal yaitu 266 gr/tanaman (0,266 kg/tanaman). Kehilangan hasil dengan adanya<br />

penyiraman setiap hari masih 55 %, dengan penyiraman tiga hari sekali yaitu sebesar 65 %. Dari hasil<br />

pengamatan di lapang ditunjukkan bahwa dengan penyiraman saja belum dapat menaikan produksi<br />

masih ada modifikasi iklim mikro lain yaitu pemakaian mulsa plastik dan penambahan volume air.<br />

Pada tahun 2008 dengan menggunakan jaringan irigasi tetes ada sedikit kenaikan dari 0.266 kg<br />

/tanaman menjadi 0,37 kg /tanaman. Sehingga bila dibandingkan dengan pendugaan FAO,<br />

kehilangan hasil cabai dengan irigasi tetes ini adalah masih 38 %. Jadi produksi masih rendah.<br />

Adanya pengelolaan air untuk budidaya cabai merah dengan tidak digenangi sebagaimana<br />

kebiasaan petani lahan sawah, di daerah Canggal dengan pengairan mikro manual dengan frekuensi 3<br />

hari sekali dengan volume penyiraman 500 ml dan memakai mulsa ternyata menghasilkan buah 0.8<br />

kg/tanaman. Sedangkan dengan penyiraman setiap hari hanya menghasilkan 0.7 kg/ tanaman. Bila<br />

tidak memakai mulsa, maka penyiraman mikro yang lebih baik adalah setiap hari dengan volume 500<br />

ml (Norma, et al. 2008).<br />

Irigasi mikro memberikan beberapa keuntungan antara lain hemat air, laju aliran rendah, dapat<br />

dilakukan bersamaan dengan pemupukan dan dapat diterapkan pada berbagai topografi lahan.<br />

Penggunaan irigasi mikro dapat lebih menghemat air karena didistribusikan secara perlahan pada<br />

daerah perakaran tanaman. Ini berbeda dengan irigasi permukaan yang membutuhkan air cukup<br />

banyak untuk membasahi lahan. Laju aliran air juga rendah disbanding irigasi permukaan karena<br />

tekanan pengalirannnya hanya 1-2 kg/cm 2 . Di balik keuntungan tersebut, dalam menerapkan irigasi<br />

mikro, petani kadang menghadapi beberapa masalah seperti lubang penetes sering tersumbat tanah,<br />

lumut atau kotoran yang terbawa air. Petani dapat menggunakan irigasi tetes untuk mengairi tanaman<br />

yang penanaman yang tidak terlalu rapat. Untuk tanaman yang ditanam rapat irigasi tetes kurang<br />

efisien (Anonim 2008).<br />

Hasil penelitian di Lampung, irigasi tetes diterapkan pada tanaman cabai merah, tingkat<br />

keseragaman distribusi air mencapai 87 %. Produktivitas air pada irigasi tetes adalah 1,06 kg/m 3 dan<br />

efisiensi penggunaan air 99 %. Hasil rerata cabai dengan irigasi tetes mencapai 4,29 t/ha. Penerapan<br />

irigasi mikro di lahan kering memerlukan investasi awal yang mahal. Oleh karena, untuk mengurangi<br />

beban petani, pemerintah hendaknya dapat berperan dalam pendampingan dan penguatan<br />

kelembagaan di tingkat petani. Penguatan kelembagaan penting karena pengelolaan irigasi mikro<br />

dapat lebih baik (Anonim 2008).<br />

KESIMPULAN<br />

1. Penetapan waktu tanam berdasarkan analisis indeks kecukupan air dan pereesntase kehialangan<br />

hasil dengan program CWB-ETO dapat dijadikan salah satu alternatif teknologi dalam penerapan<br />

146│<br />

Prosiding SeminarNasional Pekan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong> Nasional: Penerapan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong><br />

dalam Mendukung Pembangunan <strong>Hortikultura</strong> yang Berdaya Saing dan Berbasis Sumberdaya Genetik Lokal,<br />

Lembang, 5 Juli 2012

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!