29.01.2015 Views

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Pengaruh Larutan Perendaman dan Jenis Tepung Terhadap Mutu Sale Pisang Serta Preferensi Konsumennya<br />

Wanita, Y. P. 1) dan Masniah 2)<br />

kimia terhadap sale pisang goreng yang dihasilkan meliputi kadar air, kadar karbohidrat, kadar protein,<br />

kadar serat, kadar gula dan kadar lemak (AOAC, 1990).<br />

Analisa Data<br />

Data yang diperoleh dari kuisioner uji organoleptik dan analisa kimia serta fisik terhadap irisan pisang<br />

kering dan sale pisang goreng dianalisa secara statistic dengan one anova dan dilanjutkan uji Duncan<br />

α= 5 % (Steel et al., 1993).<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Irisan Daging Buah Pisang Kering<br />

Bahan utama dalam pembuatan sale pisang ini dipilih berupa pisang uter, dimana harga jual<br />

pisang jenis ini relatif sangat murah, yaitu Rp 2.500,- setiap sisirnya. Dalam pembuatan sale pisang<br />

pertama-tama pisang dihilangkan kulit luar dan diambil daging buahnya menggunakan tangan secara<br />

manual. Pisang uter setelah dikupas kulitnya mempunyai rendemen kulit sebesar 34,45% dan daging<br />

buah sebesar 65,54%. Sebelum mengalami proses pembuatan irisan pisang (membujur) kering, irisan<br />

pisang terlebih dahulu direndam kedalam larutan perendam yang berasal dari tiga perlakuan, yaitu<br />

0,3% larutan Natrium bisulfit, 0,3% larutan daun sirih dan air sebagai kontrol. Dari 5 kilogram buah<br />

pisang uter segar dihasilkan sekitar 1 kilogram irisan pisang kering. Hasil analisa fisik dan kimia irisan<br />

pisang kering hasil perendaman 3 jenis larutan disajikan dalam table 1 berikut:<br />

Tabel 1. Hasil analisa fisik dan kimia irisan pisang uter kering hasil perendaman 3 jenis<br />

larutan (daun sirih, Natrium bisulfit, dan air)<br />

Perlakuan Rendemen (%)<br />

Warna setelah<br />

perendaman<br />

Kadar vitamin C Kadar Phenol<br />

Air (control) 37,17 Coklat tua 32,39 a 0,240 c<br />

Larutan 0,3% 38,26 Coklat muda 36,86 b 0,081 a<br />

Na.bisulffit<br />

Larutan 0,3% daun 35,56 Coklat muda 41,71 c 0,216 b<br />

daun sirih<br />

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji<br />

Duncan taraf kepercayaan 95%.<br />

Penggunaan larutan perendam dalam penelitian ini adalah daun sirih dan Narium bisulfit<br />

dimaksudkan sebagai inhibitor (penghambat) aktivitas enzim fenolase yang dihasilkan oleh getah<br />

pisang. Hal ini sejalan dengan pendapat Buckle et all (1987) yang mengatakan bahwa bahan yang<br />

mengandung antioksidan dapat digunakan untuk menghambat proses oksidasi enzim fenolase dengan<br />

penurunkan pH jaringan. Dengan penurunan pH jaringan maka kecepatan proses pencoklatan secara<br />

enzimatis dapat diminimalkan. Dari table 1 terlihat bahwa pada semua perlakuan terjadi perubahan<br />

warna, dari pisang segar yang berwarna putih menjadi berwarna coklat tua dan muda. Hal ini terjadi<br />

karena terjadinya perubahan jaringan pada buah pisang karena factor pengolahan sehingga komposisi<br />

kimia yang terkandung dalam buah pisang mengalami kerusakan. Penggunaan pisau stainlesstell juga<br />

dimaksudkan untuk meminimalkan proses ini. Karena dengan penggunaan pisau jenis ini proses<br />

oksidasi juga bisa dihambat dan tidak bereaksi dengan daging buah pisang dibandingkan dengan pisau<br />

dari bahan yang lain. Dilihat dari segi warna perlakuan control menghasilkan warna irisan pisang<br />

kering yang paling coklat dibandingkan dengan dua perlakuan yang lain. Hal ini terjadi karena pada<br />

perlakuan control, yaitu dengan perendaman menggunaakan air tidak ada zat antioksidan yang<br />

ditambahkan, kandungan vitamin C nya paling rendah serta kandungan phenol paling tinggi.<br />

Perubahan warna coklat pada irisan buah pisang terjadi karena proses hidrooksidasi sekundera atau o-<br />

quinon. Kemudian dari senyawa beenzena berinteraksi dengan o-quinon membentuk hidrosiquinon<br />

sehingga menyebabkan terjadinya polimerisasi dan konversi secara cepat sehingga menyebabkan<br />

polimer atau irisan buah pisang menjadi berwarna kecoklatan (Man, 1976). Proses ini akan berrjalan<br />

semakin cepat jika bereaksi dengan udara (proses oksidasi). Kandungan vitamin C pada Natrium<br />

bisulfit dan daun sirih merupakan sumber antioksidan sebagai penghambat reaksi oksidasi, dimana zat<br />

ini mudah teroksidasi dengan oksigen yaitu berkaitan dengan ketersediaan oksigen sebagai akseptor<br />

hydrogen. Dengan proses perendaman buah pisang menggunakan larutan Natrium bisulfit dan daun<br />

312│<br />

Prosiding SeminarNasional Pekan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong> Nasional: Penerapan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong><br />

dalam Mendukung Pembangunan <strong>Hortikultura</strong> yang Berdaya Saing dan Berbasis Sumberdaya Genetik Lokal,<br />

Lembang, 5 Juli 2012

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!