29.01.2015 Views

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Penambahan Pupuk K dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Kacang Panjang di Lahan Kering<br />

Srihartanto, E 1) dan Hardani, AK 2)<br />

Penambahan Pupuk K dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Kacang Panjang di<br />

Lahan Kering<br />

Srihartanto, E 1) dan Hardani, AK 2)<br />

1) Balai Pengkajian Teknologi <strong>Pertanian</strong> Yogyakarta<br />

2) Balai Penyuluhan <strong>Pertanian</strong> Playen, Gunungkidul<br />

ABSTRAK. Lahan kering mempunyai keterbatasan dalam ketersediaan air dan hara hal ini menyebabkan<br />

produktivitas sayuran khususnya kacang panjang belum maksimal. Keadaan ini dibutuhkan inovasi teknologi<br />

pemupukan dan kesesuaian pola tanam khususnya dilahan kering. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui<br />

pengaruh dosis pupuk K pada hasil kacang panjang di lahan kering. Pengkajian dilaksanakan pada bulan<br />

Agustus sampai November 2011 di lokasi kebun BPP Playen, Gunung Kidul. Varietas kacang panjang yang<br />

digunakan adalah parade. Jarak tanam yang digunakan 50cmx50cm. Rancangan pengkajian yang digunakan<br />

adalah RAKL dengan menerapkan 4 perlakuan yaitu P0 ( kontrol, Tanpa Pupuk K), P1 ( Pupuk K Dosis 25<br />

Kg/ha), P2 ( Pupuk K dosis 50 Kg/ha), P3 (Pupuk K dosis 100 Kg/ha). Sebagai pupuk dasar masing-masing<br />

perlakuan diberikan pupuk organik 500 kg/ha, pupuk ZA 50 kg/ha, NPK mutiara 25 kg/ha. Hasil Pengkajian<br />

menunjukkan pada perlakuan P2 (pupuk K dosis 50 Kg/ha) mendapatkan hasil produktivitas tertinggi yaitu 4<br />

ton/ha. Hal ini diikuti oleh perlakuan P1 3,76 ton/ha, P0 3,44 ton/ha dan P3 3,68 ton/ha. perlakuan pupuk K<br />

dosis 50 Kg/ha berbeda nyata dengan kontrol.<br />

Katakunci: Pupuk; Kacang panjang; Lahan kering<br />

ABSTRACT. Srihartanto, E dan Hardani, AK 2013. K Fertilifer Addition in Efforts to Improve<br />

Producttivity of Long Beans in Dry Land. Dry land has limited water and nutrient availability this led to the<br />

productivity of vegetables, especially green beans is not maximized. This state of the technology innovation<br />

needed fertilization and cropping suitability dilahan particularly dry. This study aims to determine the effect of<br />

K fertilizer dose on the outcome of long bean in dry land. Assessments carried out from August to November<br />

2011 at the location of BPP Playen, Gunungkidul. Bean varieties used are the parade. Spacing is used<br />

50cmx50cm. The draft assessment is used to apply the 4 treatments RAKL namely P0 (control, no fertilizer K),<br />

P1 (K fertilizer dose of 25 kg / ha), P2 (K fertilizer dose of 50 kg / ha), P3 (K fertilizer dose of 100 Kg / ha). As<br />

basal fertilizer each treatment given organic fertilizer 500 kg / ha, ZA 50 kg / ha, NPK pearl 25 kg / ha. Data<br />

collected includes the growth and productivity gains. Significance test carried out by ANOVA and Duncan test<br />

at 5% myrtle. Assessment results show the treatment P2 (K fertilizer dose of 50 kg / ha) to get the highest<br />

productivity of 4 tons / ha. This was followed by treatment of P1 3.76 tonnes / ha, P0 3.44 tons / ha and P3 3.68<br />

tonnes/ha. K fertilizer treatment dose of 50 kg/ha significantly different from controls.<br />

Keywords: K fertilizer dose; Long Beans; Dry Land<br />

Sekitar 52% (+167.137 ha) dari luas wilayah Propinsi DIY (318.580 ha) merupakan lahan<br />

kering potensial untuk pengembangan pertanian. Dari luasan lahan kering tersebut, sekitar 63% nya<br />

(104.933 ha) terdapat di wilayah kabupaten Gunungkidul (BPS-Propinsi DIY, 2008). Menurut<br />

Mulyadi et al. (2004) seperti kawasan lahan kering beriklim kering pada umumnya, permasalahan<br />

utama yang dihadapi dan perlu mendapat perhatian dalam upaya pengembangan pertanian adalah<br />

lahan yang rawan terhadap erosi dan produktivitasnya rendah karena sebagian besar (+ 60%)<br />

berlereng > 15 %, kesuburan tanah umumnya rendah dan keterbatasan air untuk usahatani akibat<br />

musim kering yang relatif panjang.<br />

Kabupaten Gunungkidul mempunyai topografi dataran perbukitan dan pegunungan. Kondisi<br />

ini menunjukkan ciri pertanian yang terbentuk adalah pertanian lahan kering di lahan pekarangan,<br />

tegalan dan sawah tadah hujan (Sutrisno, 2007). Lahan kering atau upland mempunyai ciri –ciri<br />

produktivitas yang rendah dengan resiko yang tinggi. Resiko yang dihadapi adalah iklim, kekeringan,<br />

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan lainnya yang menyebabkan kegagalan panen<br />

(Notohadiprawiro, 2006). Pengembangan budidaya kacang panjang di lahan kering Kabupaten<br />

Gunungkidul mencapai 197 ha, yang tersebar di 18 kecamatan. Produktivitas Kacang panjang di<br />

wilayah kabupaten Gunungkidul mencapai 2,99 ton/ha (BPS-Kab Gunungkidul, 2010). Keadaan ini<br />

Prosiding SeminarNasional Pekan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong> Nasional: Penerapan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong><br />

dalam Mendukung Pembangunan <strong>Hortikultura</strong> yang Berdaya Saing dan Berbasis Sumberdaya Genetik Lokal,<br />

Lembang, 5 Juli 2012<br />

│175

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!