29.01.2015 Views

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Respon Petani dalam Pemanfaatan Air pada Usahatani Sayuran Pada Musim Kemarau di Magelang<br />

Setiapermas, M. N, Basuki, S dan Cempaka, I. G.<br />

ini tetap dilakukan meskipun harus dengan susah payah. Menurut perhitungan petani selama periode<br />

penyiram rata-rata dibutuhkan tenaga kerja senilai Rp 495.657,- ( upah tidak tunai karena<br />

menggunakan tenaga sendiri). Apabila dibandingkan dengan teknologi introduksi dengan tingkat hasil<br />

yang sama maka cara lama (sistem kocor) lebih efisien karena peralatan jaringan irigasi tetes yang<br />

umur teknisnya sekitar 10 tahun memerlukan biaya penyusutan Rp 900.000/tahun. Berdasarkan<br />

perhitungan tersebut para petani belum tertarik menggunakan teknologi sesuai spesifikasi introduksi<br />

tersebut tetapi mereka berusaha untuk membuat jaringan dengan bahan yang dimodifikasi dan murah.<br />

Tabel 3. Respon petani terhadap modifikasi alat tetes<br />

Rencana Petani<br />

Respon Petani<br />

Ya Abstain Tidak<br />

Akan meniru sesuai spesifikasi secara swadaya 0 0 100<br />

Akan Melakukan modifikasi dengan bahan-bahan yang<br />

murah<br />

54 23 23<br />

Respons Petani Terhadap Pranoto Mongso<br />

Sebelum adanya penerapan pengukuran cuaca, petani mengenal istilah pranoto mongso.<br />

Pranoto mongso ini dikenal untuk merencanakan waktu tanam (musim hujan) dan awal musim<br />

kemarau. Selain itu mereka pun mengenal adanya musim peralihan dari musim hujan ke kemarau atau<br />

sebaliknya. Namun pranoto mongso ini tidak sepenuhnya dipakai dalam perencanaan tanam baik itu di<br />

lahan sawah irigasi teknis sampai lahan kering tadah hujan. Hasil identifikasi di Dusun Dalangan,<br />

Ngablak, Magelang diketahui bahwa 100 % keputusan tanam petani tidak berdasarkan pranoto<br />

mongso meskipun mayoritas petani (88 %) masih memperhatikan kejadian /tanda-tanda alam indikator<br />

pranoto mongso. Secara umum petani memulai masa tanam tidak berdasarkan / peduli dengan tandatanda<br />

alam (Pranoto Mongso) karena air sumber tersedia sepanjang waktu. Dengan kondisi ini<br />

petani tidak perlu melaksanakan penanaman dengan menunggu datangnya curah hujan yang cukup.<br />

Para petani sudah mulai menyadari dengan kecenderungan perilaku musim yang terjadi saat ini yaitu<br />

datangnya musim dan intensitas hujan fluktuatif sehingga sulit dijadikan pedoman perencanaan<br />

tanam. Namun demikian meskipun tidak menggunakan pranata mongso sebagai pedoman tanam<br />

petani masih mengenal tanda-tanda alam terutama terkait dengan awal musim hujan dan awal<br />

kemarau. Tanda akan datangnya musim hujan biasanya ditunjukkan dengan antara lain : a) pohon<br />

suren mulai bersemi, b) umbi-umbian mulai bertunas c) suhu udara lebih panas. Untuk datangnya<br />

musim kemarau biasanya ditandai dengan a) daun suren berguguran b) tonggeret berbunyi dan c)<br />

intensitas kabut meningkat.<br />

Tindakan petani terkait dengan pemenuhan kebutuhan air pada tanaman didasarkan pada<br />

keadaan fisik tanah yaitu tanah mulai pecah-pecah. Pengairan akan dilakukan pada saat gejala itu<br />

muncul baik pada musim kemarau ataupun masih dalam musim hujan tetapi curah hujannya tidak<br />

teratur. Keputusan petani terhadap pola tanam yang dipilih lebih berorietasi pada permintaan<br />

konsumen dan pertimbangan bisnis. Dengan keputusan tersebut petani ternyata berani mengambil<br />

resiko terhadap usahanya yang berpotensi gagal atau memerlukan input tinggi. Pada pertanaman off<br />

season biasanya intensitas serangan OPT lebih tinggi dan jelas diperlukan tambahan biaya<br />

irigasi/penyiraman. Dengan pilihan petani yang demikian ini tentunya diperlukan kemampuan<br />

pengelolaan tanaman yang didukung dengan teknologi agar usahataninya berhasil dan tetap<br />

menguntungkan.<br />

Pendapatan dan Biaya Usahatani<br />

Sumber pendapatan petani berasal dari kegiatan on farm (pertanian) dan off farm<br />

(perdagangan atau yang lainnya). Pendapatan yang berasal dari on farm biasanya hanya dikaitkan<br />

dengan tingkat produksi yang diperoleh baik dari tanaman maupun ternak. Terdapat penghasilan yang<br />

diperoleh tidak secara tunai biasanya yang berasal dari sumberdaya rumahtangga tani sendiri dan<br />

digunakan dalam usataninya,misalnya upah tenaga kerja keluarga, pupuk kandang hasil ternak sendiri<br />

404│<br />

Prosiding SeminarNasional Pekan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong> Nasional: Penerapan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong><br />

dalam Mendukung Pembangunan <strong>Hortikultura</strong> yang Berdaya Saing dan Berbasis Sumberdaya Genetik Lokal,<br />

Lembang, 5 Juli 2012

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!