29.01.2015 Views

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Keragaan Teknologi Jeruk Siam di Tingkat Petani Papua (Kasus Kabupaten Nabire)<br />

Malik, A<br />

antara lain (1) pengembangan kawasan agribisnis hortikultura, (2) penataan manajemen rantai<br />

pasokan, (3) penerapan budidaya pertanian yang baik, (4) fasilitasi terpadu investasi hortikultura, (5)<br />

pengembangan kelembagaan usaha dan (6) peningkatan konsumsi dan akselerasi ekspor.<br />

Di sektor hortikultura, pengembangan jeruk, terutama jeruk siam di Provinsi Papua<br />

menempati prioritas untuk dikembangkan karena mempunyai nilai ekonimis yang cukup tinggi dan<br />

jeruk sangat disukai masyarakat (Dinas PKP, 2010). Meningkatnya impor buah jeruk antar pulau,<br />

terutama di Provinsi Papua, mengindikasikan adanya ketidak-mampuan produsen jeruk yang ada di<br />

Provinsi Papua memenuhi permintaan segmen pasar. Untuk itu pengembangan jeruk, terutama jeruk<br />

siam di Provinsi Papua perlu menjadi prioritas.<br />

Jeruk siam (Citrus suhuiensis tan) sebagai salah satu komoditas buah-buahan, telah banyak<br />

dikembangkan di Provinsi Papua. Usahatani jeruk siam ini harus dikelola secara optimal pada daerah<br />

sentra produksi dan perlu mendapat perhatian dalam pengembangan di daerah potensial pertumbuhan<br />

baru. Dengan pengelolaan dan pengembangan usahatani dari hulu ke hilir komoditas jeruk siam ini<br />

diyakini akan memberi pengaruh signifikan terhadap kesejahteraan petani sekaligus pembangunan<br />

perekonomian Provinsi Papua sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang Otonomi Khusus (UU<br />

Otsus) Papua Nomor 21 Tahun 2001.<br />

Komoditas jeruk siam ini mendominasi buah-buahan yang berasal jeruk yang ada di pasaran<br />

Papua. Jeruk siam yang disukai konsumen karena mengandung vitamin C yang cukup tinggi, rasanya<br />

manis dan menyegarkan (Syam dan Marlian, 1997; Hilman, 2007). Sebagai sentra jeruk siam di<br />

Provinsi Papua adalah kabupaten Nabire, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Keroom. Kabupaten<br />

Nabire merupakan sentra jeruk siam terluas di Provinsi Papua. Jeruk siam yang terdapat di Provinsi<br />

Papua merupakan jeruk siam introduksi dari luar Papua yang dibawah oleh transmigran dari daerah<br />

asalnya.dan dikembangan oleh Pemda dan petani dan sudah beradaptasi baik di sentra produksinya, di<br />

antaranya di Kabupaten Nabire (Malik dan Limbongan, 2004; Dinas PKP Papua, 2010; Malik et al.,<br />

2011).<br />

Pengembangan jeruk siam ini perlu dilaksanakan secara simultan dan terintegrasi antara<br />

pusat, provinsi dan kabupaten dalam memfasilitasi dan mempermudah akses pemasaran dan<br />

pengolahan sehingga menumbuh kembangkan usahatani dalam sistem agribisnis yang dapat<br />

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani sekaligus menimbulkan efek positif terhadap<br />

pertumbuhan daerah.<br />

Selaras dengan kebijakan Pemda Provinsi Papua melalui Dinas <strong>Pertanian</strong> dan Ketahanan<br />

Pangan (PKP) telah menetapkan dan menjadikan jeruk siam sebagai salah satu komoditas unggulan<br />

buah-buahan di Provinsi Papua karena dukungan potensi lahan pengembangan buah-buahan yang luas<br />

dan subur ± 4.087.200 (Dinas PKP Papua, 2007), permintaan pasar lokal yang cukup tinggi<br />

disamping potensi daya serap pasar regional komoditas jeruk siam perlu mendapat perhatian serius<br />

dengan banyaknya buah impor. Namun upaya tersebut terkendala dengan rendahnya produktivitas<br />

ditingkat petani yang lebih banyak disebabkan faktor teknis dalam peningkatan produksi dan masalah<br />

kelembagaan pengembangan usaha yang belum tertata optimal.<br />

Data Statistik menunjukkan bahwa luas pertanaman jeruk, termasuk jeruk siam di Provinsi<br />

Papua 1.574 ha dengan tingkat produktivtias 6,746 ton/ha (BPS Papua, 2010 dan Dinas PKP Papua,<br />

2010). Produktivitas tersebut masih jauh lebih rendah dari produktivitas hasil di sentra produksi jeruk<br />

siam di Indonesia. Disamping itu usahatani jeruk masih dalam skala kecil dan inovasi teknologi yang<br />

belum banyak dikuasai petani, diantaranya pemangkasan, pemupukan, pengendalian H/P. Menurut<br />

Assad dan Hutagalung (1992) dan Poewanto (2004) produktivitas jeruk siam bisa mencapai >25<br />

ton/ha/tahun.<br />

Menurut Malik dan Limbongan (2004), petani mengusahakan tanaman jeruk siam berdasarkan<br />

permintaan yang semakin meningkat, namun dalam penerapan teknologi, petani belum mengadopsi<br />

teknologi peningkatan produktivitas secara utuh, sehingga hasil yang dicapai diyakini belum optimal.<br />

Rendahnya produktivitas jeruk siam ini juga dipengaruhi adanya serangan H/P. Hama yang banyak<br />

menyerang pertanaman jeruk siam di sentra produksi di daerah ini adalah trips, tungau, kutu daun<br />

hitam. Kerusakan oleh hama ini dapat menurunkan hasil mencapai 30-60% (Dwiastuti et al., 2004;<br />

Endarto, 2004). Disamping itu kendala dalam sosial ekonomi lainnya (pemasaran dan kelembagaan<br />

lainya) ikut menentukan rendahnya produktivitas jeruk siam di sentra produksi di Provinsi Papua.<br />

Prosiding SeminarNasional Pekan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong> Nasional: Penerapan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong><br />

dalam Mendukung Pembangunan <strong>Hortikultura</strong> yang Berdaya Saing dan Berbasis Sumberdaya Genetik Lokal,<br />

Lembang, 5 Juli 2012<br />

│385

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!