29.01.2015 Views

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Aspek Ekonomi Pengendalian Ramah Lingkungan Vektor Virus Kuning (Bemisia tabaci Genn) pada Cabai<br />

Rahayu, H.S.P. dan Sukarjo<br />

2. Untuk mengitung efektifitas pengendalian dengan menghitung intensitas serangan. Untuk<br />

menghitung tingkat serangan mutlak (penyakit layu dan serangan virus) digunakan rumus :<br />

Dimana:<br />

I = intensitas serangan (%)<br />

a = jumlah tanaman terserang<br />

b = jumlah tanaman yang diamati<br />

(Kuswinanti et al. 2005).<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Efektivitas pengendalian virus kuning menggunakan likat kuning<br />

Hama kutu kebul yang merupakan vektor penyakit virus kuning dapat menjangkit tanaman<br />

cabai sejak di pesemaian. Oleh karena itu pengendalian hama dan penyakit ini harus dimulai di<br />

pesemaian. Menurut Gunaeni et al (2008) persemaian yang benar dilakukan untuk mengurangi<br />

kontaminan dan dapat dilakukan melalui pembuatan media dengan aerasi baik (karena tanah gembur<br />

dan remah memudahkan akar tumbuh dengan baik). Selain itu langkah yang harus dilakukan ialah<br />

mengisolasi tanaman di persemaian agar vektor kutu kebul dan serangga lain tidak hinggap dan<br />

makan pada semaian cabai. Masa persemaian merupakan masa paling rentan untuk terjadinya infeksi<br />

virus.<br />

Petani di Desa Sunju umumnya melakukan penyemaian masih secara sederhana yaitu dengan<br />

membuat bedengan dan memberi naungan menggunakan daun kelapa sehingga kutu kebul masih bisa<br />

hinggap di pesemaian dan menularkan penyakit virus kuning. Pada kegiatan pengkajian kali ini<br />

menekankan antara lain pembuatan pesemaian menggunakan kasa atau plastik untuk mencegah<br />

penerbangan kutu kebul di pesemaian.<br />

Penyiapan lahan bertujuan untuk memperbaiki drainase dan aerasi tanah, meratakan permukaan<br />

tanah dan menghilangkan gulma yang mungkin sebagai tanaman inang bagi vektor penyakit.<br />

Pengolahan tanah akan menghilangkan atau memperkecil sumber infeksi. (Gunaeni et al, 2008).<br />

Sedangkan penggunaan mulsa plastik hitam perak bertujuan untuk memantulkan sinar matahari,<br />

sehingga serangga hama tidak menyukai kondisi tersebut, selain itu mulsa digunakan untuk<br />

menghambat pertumbuhan gulma, dan dapat menyebabkan patogen tanah tidak aktif (Gunaeni et al,<br />

2008). Penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat meningkatkan hasil cabai, mengurangi kerusakan<br />

tanaman karena hama trips dan tungau, dan menunda insiden virus (Wardani dan Purwanta, 2008).<br />

Likat kuning/perangkap kuning digunakan untuk memerangkap populasi kutu kebul, dan<br />

dipasang sebanyak 40 perangkap/ha di tengah pertanaman cabai. Perangkap dipasang dengan<br />

ketinggian 30 cm (Gunaeni et al, 2008). Likat kuning yang didemonstrasikan pada kegiatan ini ialah<br />

likat kuning yang merupakan hasil proses modifikasi. Likat kuning dibuat dari map plastik yang<br />

berwarna kuning yang diolesi oli atau lem tikus dan dipasang menggunakan papan kayu. Modifikasi<br />

ini untuk menanggulangi ketidaktersediaan likat kuning yang asli di sekitar petani.<br />

Berbagai penelitian tentang penggunaan perangkap likat kuning untuk mengendalikan hama di<br />

tanaman hortikultura. Hasil penelitian Martini, 2011 menunjukkan bahwa pemasangan perangkap<br />

likat berwarna kuning Insect Adhesive Trap Paper (IATP) berupa kertas kuning berlapis plastik dan<br />

diolesi perekat seperti vaselin mampu menarik perhatian Thrips parvispinus untuk mendekat dan<br />

terperangkap. Intensitas serangan Thrips parvispinus pada daun di bagian atas berkisar 30 – 70,<br />

sedangkan pada daun bawah hanya berkisar 10 – 20. Populasi Thrips parvispinus mulai ditemukan<br />

saat tanaman berumur 28 hst, yaitu sebesar 7 ekor/perangkap. Populasi Thrips parvispinus tertinggi<br />

terjadi saat tanaman berumur 95 hst yaitu sebesar 18 ekor/perangkap, dengan intensitas serangan<br />

paling tinggi mencapai 38 ada saat tanaman berumur 95 hst. Secara umum perlakuan penggunaan<br />

perangkap likat kuning efektif mengendalikan serangan Thrips parvispinus pada pertanaman krisan,<br />

sebesar 78,50. Nonci dan Muis, 2011 juga menyatakan bahwa perangkap likat kuning efektif<br />

mengendalikan lalat bibit Liriomiza spp di Sulawesi Tengah. Perangkap kuning juga dapat digunakan<br />

untuk memantau populasi Liriomyza spp, untuk menentukan sebaran dan aktivitas kehidupan<br />

192│<br />

Prosiding SeminarNasional Pekan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong> Nasional: Penerapan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong><br />

dalam Mendukung Pembangunan <strong>Hortikultura</strong> yang Berdaya Saing dan Berbasis Sumberdaya Genetik Lokal,<br />

Lembang, 5 Juli 2012

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!