29.01.2015 Views

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Studi Pengendalian Hayati Penyakit Layu (Fusarium oxysporum Schlecht) pada Caisin (Brassica campestris var. chinensis)<br />

dengan Kombinasi Trichoderma harzianum dan Gliocladium virens<br />

Fuadi, I 1) dan Yusuf, R 2)<br />

Munculnya gejala pertama serangan (hari)<br />

Dari masing-masing perlakuan didapat data waktu mulai terlihatnya gejala pertama serangan<br />

pada tanaman caisin, setelah dilakukan analisis statistik dan uji lanjutan DNMRT pada taraf nyata 5%<br />

seperti yang terlihat pada Tabel 4.<br />

Tabel 5. Waktu mulai terlihatnya gejala pertama serangan patogen pada tanaman yang diaplikasi<br />

dengan berbagai jenis agens hayati dan kombinasinya (hari)<br />

Masa inkubasi<br />

Perlakuan<br />

(hari)<br />

A (Aplikasi Trichoderma harzianum TR01) 7,75 a<br />

C (Aplikasi T. harzianum TR01+ G.virens GR01) 7,50 a<br />

B (Aplikasi Gliocladium virens GR01) 7,25 a<br />

D (Kontrol) 6,00 b<br />

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa pemberian perlakuan berbagai jenis agens hayati serta<br />

kombinasinya memberikan hasil yang berbeda nyata pada hari munculnya gejala pertama serangan<br />

dimana waktu yang paling lama munculnya gejala pertama serangan terlihat pada perlakuan A yaitu<br />

7,75 hari, berturut-turut diikuti perlakuan C (7,5 hari) dan B (7,25 hari), sedangkan waktu yang paling<br />

cepat munculnya gejala pertama serangan ada pada perlakuan D (6 hari).<br />

Pada pengamatan waktu mulai munculnya gejala pertama serangan pada tanaman caisin,<br />

pemberian perlakuan kombinasi agens antagonis jika dibandingkan dengan perlakuan tunggal tidak<br />

berbeda nyata, namun secara angka-angka dalam menekan masa inkubasi dan kevirulenan cendawan<br />

F.oxysporum pada tanaman caisin dapat dibedakan.<br />

Pada perlakuan kontrol, yang tanpa adanya pemberian perlakuan agens antagonis terlihat<br />

munculnya gejala pertama serangan lebih cepat, hal ini kemungkinan disebabkan lingkungan yang<br />

sesuai untuk perkembangan cendawan patogen F.oxysporum sehingga masa inkubasi dan gejala<br />

pertama yang ditimbulkan lebih cepat. Selain hal tersebut, patogennya bersifat virulen, sehingga<br />

patogen lebih cepat menginfeksi jaringan akar tanaman caisin dimana Suhu dan pH tanah sesuai<br />

untuk pertumbuhan F. oxysporum dengan suhu optimum 25-30 o C, maksimum pada atau di bawah<br />

37 0 C, dan minimum di atas 5 0 C (Domsch et al, 1993).<br />

Cendawan F.oxysporum mempunyai kevirulenan dan kepatogenan tinggi dan lingkungan<br />

yang sesuai untuk perkembangannya, yaitu dengan rata-rata suhu tanah 27,94 oC dan kelembaban<br />

tanah 73 %, hal ini mengakibatkan masa inkubasi dan gejala pertama yang ditimbulkan lebih awal.<br />

Menurut Agrios (1997) kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan patogen dan kurang<br />

mendukung bagi tanaman akan mempercepat masa inkubasi, sehingga patogen tidak membutuhkan<br />

waktu lama untuk menginfeksi tanaman.<br />

Fusarium oxysporum memiliki dua macam spora yaitu mikrokonidium dan makrokonidium.<br />

Di samping itu juga dihasilkan klamidospora (Rifai, 1969). Inokulum cendawan F. oxysporum adalah<br />

konidia dan klamidospora. Maria et al, (2004) menerangkan bahwa inokulum patogen dapat masuk<br />

melalui akar dengan penetrasi langsung atau melalui luka. Di dalam jaringan tanaman, patogen dapat<br />

berkembang secara interseluler maupun intraseluler. Klamidospora dapat berkecambah bila ada<br />

rangsangan eksudat akar yang mengandung gula dan asam amino, juga dapat dirangsang dengan<br />

penambahan residu tanaman ke dalam tanah.<br />

Cendawan F.oxysporum yang menyebabkan terjadinya penyakit layu pada tanaman caisin<br />

akan berkembang dalam berkas pembuluh tanaman. Fusarium menginfeksi melalui jaringan meristem<br />

ujung akar-akar dan berkembang dalam pembuluh batang. Cendawan mengadakan penetrasi melalui<br />

jaringan epidermis pada zona memanjangnya akar dan melalui celah-celah yang terjadi karena<br />

munculnya akar lateral yang baru. Gejala serangan pertama pada muncul daun-daun menjadi pucat,<br />

bagian tanaman layu dan sedikit demi sedikit seluruh tanaman layu dan akhirnya mati (Semangun,<br />

2000).<br />

Pada perlakuan yang yang diaplikasi dengan agens antagonis, baik secara tunggal maupun<br />

kombinasi mampu memperlambat masa inkubasi dan munculnya gejala pertama serangan. Adanya<br />

penundaan masa inkubasi dan munculnya gejala pertama serangan disebabkan terjadinya persaingan<br />

antara patogen dengan antagonis, Hal ini sesuai dengan pendapat Widodo (1993) yang menyatakan<br />

294│<br />

Prosiding SeminarNasional Pekan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong> Nasional: Penerapan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong><br />

dalam Mendukung Pembangunan <strong>Hortikultura</strong> yang Berdaya Saing dan Berbasis Sumberdaya Genetik Lokal,<br />

Lembang, 5 Juli 2012

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!