29.01.2015 Views

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Validasi Metode Deteksi Bakteri Xanthomonas campestris pv. vesicatoria Menggunakan Media Selektif dan Uji<br />

Patogenisitas<br />

Sulastrini, I., Murtiningsih, R., O. Setiani Gunawan, dan A.S. Duriat<br />

Tabel 1. Kerapatan populasi koloni bakteri Xcv pada media CKTM dan mTMB<br />

Konsentrasi<br />

suspensi<br />

Jumlah koloni dari benih cabai pada media<br />

( x 10 4 CFU/mL)<br />

Jumlah koloni dari benih tomat pada media<br />

(x 10 4 CFU/mL)<br />

CKTM mTMB CKTM mTMB<br />

10 0 0 0 0 0<br />

10 6 0.47 0.28 0.73 0.73<br />

10 8 0.50 0.63 0.70 0.63<br />

10 10 0.53 0.77 0.53 0.49<br />

10 12 0.77 0.57 1.73 1.13<br />

Uji Patogenisitas<br />

Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa pada perlakuan kontrol (larutan yang disuntikan<br />

berupa buffer saline saja) baik pada penyuntikan pada ketiak daun maupun pada epidermis daun, tidak<br />

muncul gejala Xcv yaitu berupa bercak daun nekrotik berwarna coklat. Sedangkan pada perlakuan<br />

yang lain dimulai dari konsentrasi Xcv 10 6 CFU/mL ternyata sudah mulai menunjukkan gejala<br />

penyakit dengan insiden 60 – 70%. Hal tersebut sesuai dengan pengujian patogenisitas Xcv yang<br />

disarankan oleh ISTA yaitu menggunakan suspensi Xcv dari media isolasi dengan konsentrasi 10 6<br />

CFU ml -1 .<br />

Tabel 2. Gejala serangan Xanthomonas campestris pv vesicatoria pada tanaman cabai merah<br />

Perlakuan<br />

Konsentrasi<br />

suspensi<br />

Visual<br />

Insiden serangan Xcv<br />

(%)<br />

Epidermis 10 0 0 100<br />

10 6 * 80<br />

10 8 ** 80<br />

10 10 * 100<br />

10 12 ** 50<br />

Ketiak daun 10 0 0 100<br />

10 6 * 80<br />

10 8 * 100<br />

10 10 * 100<br />

10 12 * 90<br />

Keterangan : 0 = tidak muncul gejala, * = muncul gejala tapi kurang jelas, ** = gejala tampak jelas, ± = ada gejala<br />

nekrotik namun kecil, - = tanaman tidak tumbuh<br />

Namun demikian berdasarkan hasil pengamatan gejala lebih susah diamati pada perlakuan<br />

penyuntikan pada ketiak daun dengan konsentrasi 10 6 karena gejala nekrotik yang muncul sangat kecil<br />

bahkan akan tersamar oleh bekas jarum suntik. Gejala yang muncul lebih jelas terlihat pada<br />

penyuntikan pada epidermis dibandingkan dengan penyuntikan pada ketiak daun, walaupun insiden<br />

penyakitnya sama mencapai 100% (Tabel 1 dan 2). Kemungkinan ini terjadi karena suspensi<br />

inokulum lebih mudah menyebar pada daun dibandingkan pada sekitar ketiak daun. Demikian pula<br />

penyuntikan pada epidermis daun lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan pada ketiak daun.<br />

Kesulitan penyuntikan pada ketiak daun karena ketiak daun sangat kecil atau bahkan akan menyamai<br />

jarum suntik yang digunakan, sehingga penyuntikan tidak mengenai sasaran.<br />

200│<br />

Prosiding SeminarNasional Pekan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong> Nasional: Penerapan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong><br />

dalam Mendukung Pembangunan <strong>Hortikultura</strong> yang Berdaya Saing dan Berbasis Sumberdaya Genetik Lokal,<br />

Lembang, 5 Juli 2012

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!