29.01.2015 Views

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Uji Adaptasi Beberapa Klon Kentang Introduksi di Dataran Medium Kabupaten Sleman, Yogyakarta<br />

Sahat, JP dan Sofiari, E<br />

Tabel 3. Rerata jumlah dan berat umbi/tanaman (Tuber number and tuber weight/plant)<br />

Klon<br />

Jumlah Ubi (knol)<br />

Berat ubi (g)<br />

CIP-391846.5<br />

CIP-394614.117<br />

CIP-395195.7<br />

CIP-397073.7<br />

CIP-397077.16<br />

MB 17<br />

Granola<br />

3.58 abcdef 88.98 bcd<br />

3.06 bcdef 19.15 cd<br />

4.75 abcdef 80.13 bcd<br />

5.76 abc 126.69 ab<br />

6.81 ab 85.20 bcd<br />

5.47 abcd 113.74 abc<br />

4.49 abcdef 69.72 bcd<br />

Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda secara nyata pada Uji BNJ taraf probabilitas 5%.<br />

Jumlah umbi pertanaman biasanya dipengaruhi oleh jumlah batang utama, dimana jumlah<br />

batang utama yang banyak akan menghasilkan jumlah umbi yang banyak pula. Hal ini dikarenakan<br />

setiap batang utama mempunyai potensi untuk menghasilkan umbi. Ini terlihat pada Klon CIP-<br />

397077.16 yang memperlihatkan rerata jumlah batangnya paling tinggi ternayata mempunyai rerata<br />

jumlah umbi pertanaman paling tinggi, sedangkan klon CIP-394614.117 yang rerata jumlah batang<br />

utamanya paling sedikit, rerata jumlah umbi pertanamannyapun juga paling rendah (Tabel 3.).<br />

Klon CIP-397073.7 memperlihatkan rerata berat umbi paling tinggi. Namun varietas Mb-17<br />

juga memperlihatkan rerata berat umbi cukup tinggi pula. Ini menunjukkan bahwa varietas yang<br />

dilepas oleh Balitsa ini adaptif dan mampu berproduksi dengan baik di dataran medium. Adapun klon<br />

CIP-394614.117 rerata berat umbi pertanamannya sangat rendah, bahkan lebih rendah dibandingkan<br />

varietas granola (Tabel 3). Hal ini disebabkan jumlah umbi yang dihasilkan pertanamannya juga<br />

sangat rendah (3,06 umbi). Klon ini sebenarnya berpotensi untuk menghasilkan umbi pertanaman<br />

yang tinggi, terlihat dari jumlah stolon yang terbentuk dan pada saat dipanen umbi masih berukuran<br />

sangat kecil. Hal ini disebabkan umur dari klon ini panjang. Akan tetapi, panen dilakukan bersamaan<br />

dengan klon lainnya karena mengantisipasi kerusakan umbi yang semakin besar akibat curah hujan<br />

yang tinggi sepanjang penanaman.<br />

Karakter jumlah umbi dan bobot umbi per tanaman (Wicaksana, 2001) dan bobot umbi per<br />

plot (Ruchjaniningsih, 2006) mempunyai nilai duga heritabilitas termasuk tinggi. Hal ini berarti<br />

faktor genetik dalam mengendalikan pemunculan karakter tersebut lebih dominan dibandingkan<br />

faktor lingkungan.<br />

Hama yang menyerang pertanaman di Sleman antara lain aphid, liriomiza, kumbang helm,<br />

dan plutella. Meskipun terdapat banyak jenis hama yang menyerang, tapi kemungkinan tidak terlalu<br />

berpegaruh terhadap rendahnya produksi umbi. Yang berperan terhadap rendahnya produksi umbi<br />

adalah penyakit layu bakteri. Beberapa hasil identifikasi dan penelitian budidaya kentang di dataran<br />

medium juga menunjukkan bahwa penyakit layu bakteri merupakan penyakit yang dominan terjadi di<br />

lapangan (Rich, 1983; Kusumo, et al., 1987; Martini, 2009). Tanaman yang terkena penyakit ini tidak<br />

mampu menghasilkan umbi karena pasokan nutrisi dari tajuk terhenti, dan jika umbi sudah terbentuk<br />

kebanyakan menjadi busuk.<br />

152│<br />

Prosiding SeminarNasional Pekan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong> Nasional: Penerapan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong><br />

dalam Mendukung Pembangunan <strong>Hortikultura</strong> yang Berdaya Saing dan Berbasis Sumberdaya Genetik Lokal,<br />

Lembang, 5 Juli 2012

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!