29.01.2015 Views

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Identifikasi Masalah Teknologi Produksi Bunga Mawar Potong tingkat Petani<br />

Nurmalinda dan Hanudin<br />

saat ini, apalagi bila bibit tersebut merupakan bibit impor, petani juga harus membayar royalti dari<br />

bibit yang digunakannya dan ini sangat memberatkan bagi petani. Selama ini untuk mendapatlkan<br />

bibit, petani membeli mata tunas yang akan ditempel dari bunga-bunga produksi (bunga potong),<br />

kemudian baru ditempel pada batang bawah jenis tertentu. Kadangkala kualitas batang bawah juga<br />

kurang bagus, sehingga bibit mawar yang dihasilkan juga menjadi tidak bagus.<br />

Pemberian pupuk (jenis dan jumlah) juga tidak boleh sembarangan. Menurut Wuryaningsih<br />

(1995), agar mawar tumbuh baik dan produksi bunganya tinggi, harus diberi 45 kg/Ha unsur N setiap<br />

2 minggu sekali dan TSP sebanyak 325 kg/Ha per tahun. Selain itu Woodson dan Booley (1982)<br />

menyatakan bahwa mawar hibrida yang ditanam di rumah kaca dan diberi 226 ppm K menghasilkan<br />

jumlah dan mutu bunga yang terbaik. Selain pemupukan, arsitektur tanaman yang tepat harus<br />

dibentuk supaya dapat menghasilkan bunga yang banyak dan berkualitas tinggi (De Vries, 1997).<br />

Hasil penelitian Andyantoro et. al. (2004) menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair DHL 1,40 –<br />

1,60 dS/m2 pada tanaman mawar berarsitektur Belanda dengan soft pinching menghasilkan tangkai<br />

bunga yang cenderung berdiameter lebih besar.<br />

Penyakit yang paling banyak dijumpai adalah black spot (bercak hitam). Selain itu kalau<br />

hujan turun, bunga tidak berkembang dan daun rontok. Menurut Bowen et. al. (1995), pada serangan<br />

berat yang diikuti penguningan daun, menyebabkan daun mudah rontok sebelum waktunya,<br />

terganggunya pertumbuhan tanaman, penurunan produksi dan kualitas bunga. Pengendalian yang<br />

disarankan sampai saat ini adalah dengan sanitasi serta pengaplikasian fungisida. Hasil penelitian<br />

Belanger et. al. (1994) dalam Winarto et. al. (1998), memberikan solusi cara pengendalian lain yaitu<br />

dengan menggunakan mikroorganisme epifit seperti Sporothrix floculosa, dimana efikasi<br />

miroorganisme ini sebanding dengan fungisida klorotalonil. Hasil penelitian Winarto et. al. (1998)<br />

juga menunjukkan bahwa Enterobacteriaceae sp mampu menekan perkembangan penyakit bercak<br />

hitam lebih baik dan relatif stabil dibandingkan dengan beberapa isolat lainnya.<br />

Untuk bunga yang ditanam di bawah naungan, penyakit yang banyak menyerang tanaman<br />

adalah embun tepung (Oidium sp), terutama pada musim kemarau. Embun tepung ini menyebabkan<br />

permukaan daun tidak dapat berfungsi sebagai organ fotosintetik karena tertutup lapisan putih seperti<br />

tepung. Hasil penelitian Suhardi et. al. (2002) menunjukkan bahwa Xanthomonas malthophyllia,<br />

triadimefon dan benomil efektif menekan serangan embun tepung setelah dua kali aplikasi.<br />

Sedangkan hasil penelitian Hanudin et. al. (2004) menunjukkan bahwa Xanthomonas malthophyllia I<br />

yang diaplikasikan sore hari mampu menekan serangan embun tepung sebesar 67,95 persen dan setara<br />

dengan fungisida kimia sintetik Benomyl.<br />

Dari penjelasan di atas (di dua lokasi penelitian), kegiatan pascapanen yang dilakukan di<br />

tingkat petani hanya grading, kegiatan untuk memperlama masa simpan mawar tidak ada. Menurut<br />

Amiarsi et. al. (2002), umur peragaan atau masa kesegaran bunga merupakan komponen utama<br />

penentu kualitas bunga mawar potong. Kegiatan untuk mempertahankan kesegaran sangat penting<br />

dilakukan karena hasil penelitian Marousky (1972); Coorts (1973); dan Halevy et. al. (1978),<br />

menunjukkan bahwa bunga walaupun telah dipotong dari tangkainya masih melakukan aktivitas<br />

metabolisme. Oleh karena itu untuk pemekaran bunga diperlukan persediaan karbohidrat yang cukup.<br />

KESIMPULAN<br />

Penanaman mawar belum begitu banyak di kec. Sukaresmi karena sulitnya pemeliharaan<br />

tanaman mawar dan banyaknya hama dan penyakit yang menyerang tanaman mawar. Hama yang<br />

banyak menyerang tanaman mawar adalah tungau, kutu perisai, breng hitam, breng hijau, breng putih<br />

dan aphid. Sedangkan penyakit yang banyak menyerang mawar adalah embun tepung (terutama<br />

musim kemarau), bercak daun, layu fusarium dan rontok daun.<br />

Di kec. Parongpong, mawar yang banyak dikembangkan di daerah ini adalah mawar Holland yang<br />

ditanam di ruang terbuka. Untuk mawar varietas-varietas yang relatif baru, seperti Grand gala,<br />

Kompetti dan Akito, belum banyak dikembangkan petani. Adapun permasalahan yang dihadapi petani<br />

adalah masalah bibit , hama dan penyakit.<br />

Prosiding SeminarNasional Pekan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong> Nasional: Penerapan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong><br />

dalam Mendukung Pembangunan <strong>Hortikultura</strong> yang Berdaya Saing dan Berbasis Sumberdaya Genetik Lokal,<br />

Lembang, 5 Juli 2012<br />

│413

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!