29.01.2015 Views

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SEMNAS Hortikultura Buku 2 - Departemen Pertanian

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Ketahanan Kutu Putih Dysmicoccus neobrevipes (Breadsley) (Hemiptera: Pseudococcidae) terhadap Iradiasi Gamma<br />

Indarwatmi, M, Nasution, IA, Kuswadi, AN, dan Sasmita, HI<br />

Kutu putih D. neobrevipes dikenal dengan nama gray pineapple mealybug. Beberapa tanaman<br />

yang menjadi inang D. neobrevipes ialah Acacia farnesiana, Achras zapota, Agave sisalana, Annona<br />

reticulate, Barringtonia speciosa, Cresentia megacantha, Garcinia mangostana, Musa paradisiacal<br />

sapientum, Opuntia megacantha, Pipturus argentea, Piscidia piscipula, Samanea saman, Theobroma<br />

cacao, kelapa, kopi, apel, dan nanas. Tidak ada yang melaporkan jenis kutu putih tersebut ditemukan<br />

pada famili rumput-rumputan (Poaceae) (Breadsley 1964). D. neobrevipes termasuk ke dalam tipe<br />

ovovivipar, jenis tersebut tidak bertelur. D. neobrevipes mengalami empat kali fase perkembangan,<br />

yaitu terjadi tiga kali pergantian kulit sebelum menjadi dewasa, sehingga fase perkembangannya<br />

dibagi menjadi nimfa instar 1, nimfa instar 2, nimfa instar 3 dan serangga dewasa. Serangga dewasa<br />

mempunyai warna dominan abu-abu, tapi pada kenyataannya, tubuh serangga tersebut berwarna<br />

cokelat sampai oranye keabu-abuan. Warna abu-abu yang terlihat, merupakan hasil kombinasi dengan<br />

lapisan lilin yang menutupinya. Tubuh serangga dewasa berbentuk oval dan mempunyai ukuran<br />

panjang 1,49 mm dan lebar 1,02 mm. Antena terdiri dari sepuluh segmen. Punggung dilapisi dengan<br />

lapisan lilin putih. Filamen pendek terlihat pada lapisan lilin disekitar tepi seluruh tubuh (Mau &<br />

Kessing 1992). Siklus hidup kutu putih berkisar antara 1-4 bulan tergantung dari spesies kutu putih,<br />

faktor lingkungan dan kecocokan inang sebagai sumber makanan (Hashimoto 2001).<br />

Dalam perdagangan internasional telah diberlakukan Internatinal Standard for Phytosanitary<br />

Measures (ISPM No.1, tahun 2006) yang secara ketat mempersyaratkan agar komoditas yang akan<br />

diekspor terbebas dari hama yang dapat menulari negara lain. Oleh karena itu negara pengimport akan<br />

meminta negara pengekspor untuk melakukan perlakuan fitosanitari (phytosanitary treatment)<br />

terhadap hama karantina yang dianggap membahayakan. Tanpa perlakuan fitosanitari yang tepat, buah<br />

buah tersebut tidak bisa diterima oleh negara pengimpor (Burditt 1994). Perlakuan fitosanitari yang<br />

umum dilakukan ialah menggunakan teknik fumigasi dengan fumigan metil bromida, atau etilin<br />

dibromida. Keduanya berbahaya karena masing-masing dapat merusak lapisan ozon dan bersifat<br />

karsinogenik, sehingga akan segera dilarang penggunaanya.<br />

Salah satu perlakuan fitosanitari ialah perlakuan dengan iradiasi gamma. Menurut Hallman<br />

(2010) keunggulan iradiasi di antaranya: (a) tidak meninggalkan residu yang berbahaya bagi<br />

konsumen, (b) daya tembus iradiasi gamma tinggi tinggi sehingga efektif walaupun terhadap hama<br />

yang tersembunyi di dalam daging (c) praktis karena perlakuan dapat dilakukan terhadap komoditas<br />

yang telah berada di dalam kemasan, dan karena itu juga (d) terhindar dari kemungkinan terjadinya<br />

reinfestasi hama setelah perlakuan. The International Plant Protection Commition (IPPC), telah<br />

mengijinkan penggunaan iradiasi pengion untuk perlakuan fitosanitari untuk komoditas ekspor (ISPM<br />

No. 18 2006). Berbagai negara juga telah menggunakan iradiasi terhadap buah yang akan diekspor,<br />

misalnya India terhadap mangga yang diekspor ke Amerika Serikat, Thailand terhadap mangga,<br />

manggis, dan rambutan yang diekspor ke Amerika Serikat, dan Vietnam terhadap buah naga yang<br />

diekspor ke Amerika Serikat dan Australia (Dick et al. 2005).<br />

Kajian mengenai perlakuan iradiasi terhadap kutu putih masih sangat terbatas. Teknik iradiasi<br />

akan digunakan untuk mendesinfestasi hama kutu putih. Untuk itu perlu diteliti perlakuan iradiasi<br />

Gamma terhadap kutu putih. Tujuan penelitian ialah untuk mempelajari ketahanan kutu putih dewasa<br />

terhadap iradiasi Gamma. Hasil penelitian awal ini diharapkan dapat merintis penelitian fitosanitari<br />

dengan iradiasi terhadap kutu putih manggis.<br />

BAHAN DAN METODE<br />

Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitosanitari, Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi,<br />

PATIR BATAN, Pasar Jumat, Jakarta pada bulan September hingga November 2011. Hama kutu<br />

putih yang digunakan sebagai bahan penelitian ialah D. Neobravipes, dikoleksi dari kebun manggis<br />

yang terdapat di Kabupaten Subang, Jawa Barat. D. neobravipes di pelihara dalam laboratorium<br />

dengan menggunakan inang alternatif, yaitu labu Kaboca (Cucurbita maxima).<br />

Prosiding SeminarNasional Pekan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong> Nasional: Penerapan Inovasi Teknologi <strong>Hortikultura</strong><br />

dalam Mendukung Pembangunan <strong>Hortikultura</strong> yang Berdaya Saing dan Berbasis Sumberdaya Genetik Lokal,<br />

Lembang, 5 Juli 2012<br />

│269

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!