14.01.2013 Views

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

D e m o c r a c y P r o j e c t<br />

Soekarno menyatakan kembali berbagai argumen di atas lima<br />

tahun kemudian (1945) dalam pertemuan-pertemuan Ba<strong>dan</strong> Penyelidik<br />

Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUP-<br />

KI). Dalam ba<strong>dan</strong> itu, ia (<strong>dan</strong> anggota-anggota lain dari golongan<br />

kebangsaan, kelompok nasionalis) terlibat dalam diskusi resmi dengan<br />

mitra-mitranya dari kelompok <strong>Islam</strong> dalam upaya menemukan<br />

kompromi yang pas sehubungan dengan rumusan ideologis<br />

<strong>dan</strong> aransemen konstitusional negara Indonesia merdeka.<br />

Untuk memahami posisi religio-politis ini, kita harus melampaui<br />

penampilan-penampilan tekstual dalam diskursus retoris Soekarno<br />

mengenai hubungan antara <strong>Islam</strong> <strong>dan</strong> negara. Selain itu,<br />

kita juga harus menelusuri situasi-situasi kontekstual yang turut<br />

mempengaruhi berkembangnya posisi religio-politis seperti itu.<br />

Sebagaimana terefleksikan dalam Surat-surat <strong>Islam</strong> dari Endeh, 54<br />

Soekarno percaya bahwa “<strong>Islam</strong> ideal” (yakni <strong>Islam</strong> sebagaimana<br />

yang termuat dalam al-Qur’ân <strong>dan</strong> Sunnah) pada dasarnya bersifat<br />

fleksibel, rasional <strong>dan</strong> progresif. Tetapi “<strong>Islam</strong> yang historis<br />

atau empiris” yang ia saksikan <strong>dan</strong> baca, khususnya dalam periode<br />

kemundurannya, dikungkung oleh keterbelakangan, bidah, takhayul<br />

<strong>dan</strong> anti-rasionalisme. Ia meman<strong>dan</strong>g <strong>Islam</strong> pada masa itu<br />

sebagai <strong>Islam</strong> yang loyo <strong>dan</strong> tidak mampu menjawab tantangantantangan<br />

modernitas. Dalam penilaiannya, sebagaimana tampak<br />

54 Pertama kali diterbitkan oleh Persatuan <strong>Islam</strong> pada tahun 1936. Dicetak ulang<br />

dalam Dibawah Bendera Revolusi, hh. 325-344. Terdiri dari 12 surat, ini berawal<br />

dari korespondensinya dengan pemimpin Persis Ahmad Hassan mengenai agama<br />

<strong>dan</strong> politik sejak Desember 1934 hingga Oktober 1936, ketika ia diasingkan ke Endeh—sebuah<br />

pulau terpencil—karena aktivitas-aktivitas nasionalisnya. Pada masamasa<br />

itu, karena komunikasi-komunikasi di atas yang ditindaklanjuti oleh bacaanbacaan<br />

intensif terhadap literatur-literatur <strong>Islam</strong>, Soekarno mengkonversi dirinya<br />

dari “dari jiwa yang <strong>Islam</strong>nya hanya raba-raba saja menjadi jiwa yang <strong>Islam</strong>nya yakin"<br />

(suratnya kepada Ahmad Hassan, 17 Oktober 1936).<br />

— Bahtiar Effendy

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!