14.01.2013 Views

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

Islam dan Negara - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

D e m o c r a c y P r o j e c t<br />

pendukung aliran ini yang memiliki kemampuan menyuarakan<br />

masalah ini dalam cara seperti yang dilakukan aliran yang pertama<br />

(yakni pembaruan teologis/religius), perspektif ini—bagaimana<br />

pun—dikembangkan dari pertimbangan-pertimbangan teologis<br />

<strong>dan</strong> politis tertentu.<br />

Pertama-tama, dalam pan<strong>dan</strong>gan aliran intelektual ini, <strong>Islam</strong><br />

tidak boleh berdiri dalam posisi yang berhadap-hadapan dengan<br />

negara. Dalam hal ini, yang khususnya sangat penting adalah tidak<br />

menempatkan Pancasila sebagai hal yang bertentangan dengan<br />

<strong>Islam</strong>. Melainkan, keduanya harus dipan<strong>dan</strong>g sebagai saling<br />

melengkapi. Pan<strong>dan</strong>gan khusus ini tumbuh dari pemahaman religio-politik<br />

bahwa tiap sila dalam Pancasila (kepercayaan kepada<br />

Tuhan, kemanusiaan, nasionalisme, demokrasi <strong>dan</strong> keadilan sosial)<br />

sejalan dengan ajaran-ajaran <strong>Islam</strong>. 70 Karena itu, dalam pan<strong>dan</strong>gan<br />

mereka, sama sekali tidak penting bagi para pendukung <strong>Islam</strong><br />

yang relevan. Yang terpenting di antaranya adalah: H.M.S. Mintaredja, Renungan<br />

Pembaharuan Pemikiran Masyarakat <strong>Islam</strong> <strong>dan</strong> Politik di Indonesia, Jakarta: Permata,<br />

1971; M. Dawam Rahardjo, “Basis Sosial Pemikiran <strong>Islam</strong> di Indonesia Sejak Orde<br />

Baru,” Prisma, No. 3, Maret l991, hh. 3-15; M. Dawam Rahardjo, “Pluriformitas<br />

dalam Perkembangan <strong>Islam</strong> di Indonesia <strong>dan</strong> Kebangkitan Agama-agama,” makalah<br />

tidak diterbitkan, tanpa tanggal; M. Dawam Rahardjo, “Menilai Sejarah Ummat <strong>Islam</strong><br />

dari Sudut al-Qur’ân,” Panji Masyarakat, No. 441 <strong>dan</strong> 442, 27 Agustus <strong>dan</strong> 1<br />

September 1984; <strong>dan</strong> Muhammad Kamal Hassan, Muslim Intellectual Responses to<br />

“New Order” Modernization in Indonesia, hh. 78-115.<br />

70 Dalam hal ini, argumen ini sejalan dengan argumen Mohammad Natsir. Dalam<br />

pidatonya yang terkenal di depan Pakistan Institute of World Affairs di Karachi<br />

pada 1952, ia menyatakan bahwa Pancasila sejalan dengan <strong>Islam</strong>. Bahkan ia juga<br />

menyejajarkan Indonesia dengan Pakistan sebagai sebuah negara <strong>Islam</strong> terutama karena<br />

Indonesia menerima Pancasila sebagai dasar negara. Lihat Mohammad Natsir,<br />

Some Observations Concerning the Role of <strong>Islam</strong> in National and International Affairs,<br />

Ithaca: Southeast Asia Program, Department of Far Eastern Studies, Cornell University,<br />

1954. Lihat juga artikelnya, “Bertentangankah Pancasila dengan Al-Qur’ân,”<br />

Hikmah, 29 Mei 1954.<br />

— Bahtiar Effendy

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!